Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 27 Mei 2016

TAJUK RENCANA: Kapan Perang di Suriah Berakhir (Kompas)

Mengharapkan di Suriah segera tercipta perdamaian terasa mengada-ada atau dalam istilah menterengnya disebut wishful thinking, impian khayal.

Harapan itu dikatakan sebagai impian khayal tentu kalau kita kaitkan dengan kondisi di lapangan pada saat ini. Dari berita-berita yang kita baca dan dengar, situasi di lapangan di Suriah tidak semakin baik, tidak semakin kondusif untuk bisa menjadi syarat dasar bagi terciptanya perdamaian. Perang bahkan semakin tidak terkendali.

Surat kabar ini, kemarin, memberitakan pasukan aliansi pimpinan Amerika Serikat menghajar posisi kelompok bersenjata Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di sejumlah posisi. Serangan itu mendapat dukungan pasukan Kurdi yang tergabung dalam Tentara Demokratik Suriah (SDF). Inilah serangan balasan yang dilakukan pasukan aliansi dan Kurdi setelah beberapa hari sebelumnya kelompok bersenjata NIIS berusaha pamer kekuatan.

Sampai kapan perang itu akan berlangsung? Tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti. Bahkan, AS dan Rusia yang terlibat dalam konflik bersenjata di Suriah pun tidak dapat memberikan jaminan kapan perang akan berakhir. Rusia, misalnya, yang selama ini disebut-sebut berada di pihak rezim Bashar al-Assad pun, seperti tidak mampu mengendalikan Assad yang kerap kali pasukannya menggempur rakyat sipil, entah secara sengaja atau tidak.

Upaya perdamaian lewat jalur diplomasi sudah berulang-ulang dilakukan, tetapi belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Perundingan damai antara pemerintah dan oposisi—di sini belum menyebut NIIS—misalnya, berkali-kali menemui jalan buntu. Masih banyak persoalan yang belum bisa dicarikan kata sepakat di antara pihak-pihak yang berperang. Tentang nasib, masa depan, dan peran serta Bashar al-Assad, misalnya, belum ada kata sepakat. Demikian juga di kalangan oposisi belum satu pendapat siapa yang menjadi wakil mereka dalam perundingan perdamaian.

Kalau di antara pemerintah dan oposisi bersenjata, sebagai yang pertama mengobarkan revolusi, perlawanan terhadap rezim Bashar al-Assad belum ada kata sepakat untuk berdamai, bagaimana halnya dengan kelompok bersenjata lainnya, seperti NIIS dan Jabal al-Nusrat. Adalah sangat sulit menghadapi mereka kalau pemerintah dan oposisi bersenjata tidak bergabung dan bersama-sama menghadapi mereka.

Sementara itu, korban tewas terus bertambah. Angka terakhir yang disebut-sebut, korban tewas mencapai 270.000 orang, barangkali lebih. Banyak di antara mereka adalah penduduk sipil. Belum lagi yang terpaksa mengungsi, meninggalkan kampung halaman mereka.

Namun, pada akhirnya, perdamaian berpulang pada rakyat Suriah sendiri: apakah mereka akan melihat negerinya hancur dan terpecah-pecah atau aman dan damai.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul "Kapan Perang di Suriah Berakhir".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger