Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 10 Mei 2016

TAJUK RENCANA: Korut Hadapi Realitas (Kompas)

Kita mendengar kabar bahwa penduduk Korea Utara kekurangan pangan. Namun, Korut negara yang tertutup sehingga informasi itu sulit dikonfirmasi.

Ada perkembangan baru yang muncul, Minggu (8/5). Pemimpin Korut Kim Jong Un dalam pidatonya di Kongres Partai Pekerja mengatakan, negaranya siap mematuhi kewajiban non-proliferasi dan mengumumkan rencana pembangunan ekonomi.

Dari pernyataan itu kita dapat meraba kira-kira apa yang sedang berkembang di negara itu. Namun, harus dikatakan, dunia masih harus menunggu apa yang akan dikerjakan oleh rezim Pyongyang ini.

Hal itu karena seringnya terjadi perubahan kebijakan negara tersebut. Di bidang riset dan uji coba nuklir, juga rudal balistik, Korut mengatakan akan menghentikan, tetapi sering dilanggar sendiri, bahkan uji coba ke tingkat lebih mencekam. Dari bom nuklir fisi ke fusi (termonuklir); dari rudal jarak sedang ke antarbenua; dari luncur darat ke luncur kapal selam.

Dari pengalaman negara lain, riset kemiliteran semacam itu sangat menyedot sumber daya keuangan. Jika Uni Soviet bisa dijadikan contoh, adidaya masa lalu ini runtuh ekonominya, bahkan bubar, karena kehabisan napas dalam lomba senjata melawan Barat di era Perang Dingin.

Korut mungkin belajar dari pengalaman itu. Embargo yang diterapkan kuasa besar dunia terhadap Korut juga dilaporkan semakin mencekik. Kesulitan Korut juga dilaporkan oleh peraih Nobel Richard Roberts, Finn Kydland, dan Aaron Ciechanover yang berkunjung ke Korut.

Di antara yang ditutup adalah ekspor tambang Korut, seperti batubara, yang setiap tahun disebut memberi devisa sebesar 1 miliar dollar AS. Selain diberangus sumber daya untuk militer, terhadap Korut juga dikenai sanksi yang juga berdampak pada kehidupan sosial. Ketiga peraih Hadiah Nobel mendapati kondisi pelayanan kesehatan di Korut mengenaskan, juga pendidikan.

Ciechanover menyatakan, tidak tepat melakukan tekanan dengan membuat orang sakit. "Itu bukan cara yang tepat," ucapnya, seperti ditulis Kompas, Senin (9/5).

Boleh jadi melihat realitas yang menyedihkan itu, Kim Jong Un menyadari bahwa tekanan terhadap negaranya semakin tidak tertanggungkan. Retorika mungkin masih bisa ia serukan, tetapi, seperti kata Ciechanover, "Anda tidak dapat mengubah pinisilin menjadi bom nuklir."

Kim Jong Un pun menoleh pada solusi pembangunan ekonomi. Di antara yang ia sebut adalah pembangunan energi dan industri dasar. Selain itu, ada rencana mekanisasi pertanian, otomatisasi pabrik, dan peningkatan produksi batubara.

Semua itu tampak sebagai sinyal baru dari Korut. Jika saja ia dapat mengikuti langkah Iran, bisa saja kondisi sosial ekonomi rakyat Korut bisa diperbaiki.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul "Korut Hadapi Realitas".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger