Kaum moderat dan reformis merebut 122 dari 290 kursi parlemen, apalagi 17 anggota parlemen terpilih adalah perempuan. Kelompok konservatif meraih 84 anggota, sedangkan kelompok independen mendapat 84 kursi.
Sistem pemilihan di Iran tidak mengenal partai politik sehingga peserta pemilihan umum (pemilu) hanya terdiri atas perseorangan, bukan anggota partai. Selama ini, kelompok independen dengan tokoh utamanya Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dikenal dekat dengan kelompok konservatif. Namun, karena sistem pemilihan di atas, setiap anggota bisa "bergerak" sesuai isu yang berkembang di parlemen.
Kemenangan kelompok moderat yang tokoh utamanya Presiden Iran Hassan Rouhani itu tidak lepas dari keberhasilan Iran menyelesaikan perundingan nuklir yang berujung pada pencabutan sanksi ekonomi. Pembukaan sanksi itu membuat ekonomi Iran terus berkembang, antara lain ditandai ekspor minyak mentah ke Korea Selatan yang mencapai 400.000 barel per hari.
Perubahan yang cukup mendasar di parlemen Iran adalah terpilihnya 18 perempuan. Namun, keanggotaan Minu Khaleqi dibatalkan Dewan Garda Konstitusi tanpa alasan jelas, yang sebenarnya terpilih di putaran pertama.
Pemilihan parlemen di Iran digelar dalam dua kali putaran. Putaran pertama pada 26 Februari 2016, tetapi ada wilayah yang tidak memiliki pemenang mutlak atau mencapai lebih dari 25 persen suara sehingga harus diulang. Pada putaran kedua, ada empat perempuan kandidat yang terpilih menjadi anggota parlemen.
Keunggulan kelompok moderat dan reformis menunjukkan perubahan politik yang cukup signifikan di Iran. Selama ini, Presiden Rouhani sering mendapatkan tantangan, termasuk kesepakatan nuklir, dari parlemen. Bahkan, seorang menteri di bawah Rouhani diturunkan karena tidak cocok dengan parlemen.
Perubahan ini diharapkan makin memudahkan Rouhani yang saat ini gencar mengundang masuk investor untuk membangun Iran, apalagi jika dia dapat merangkul kelompok independen meskipun pusat kekuasaan masih berada di tangan kelompok konservatif.
Para pengamat yakin, Iran ke depan akan makin terbuka. Pertarungan di parlemen tak lagi hanya didasarkan pada ideologi, tetapi juga isu per isu. Namun, ini peluang bagi Rouhani untuk makin membuka Iran dengan membuat program yang berpihak pada rakyat.
Iran yang kian terbuka juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkannya. Perekonomian Iran yang tumbuh akibat pencabutan sanksi membuat peluang kerja sama ekonomi juga makin terbuka.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Mei 2016, di halaman 6 dengan judul "Menjaga Momentum Kemenangan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar