Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 29 Juni 2016

TAJUK RENCANA: Gas Cairkan Hubungan Israel-Turki (Kompas)

Hubungan diplomatik antara Israel dan Turki yang putus sejak enam tahun silam, setelah tragedi kapal Mavi Marmara, tersambung kembali.

Ankara menganggap mencairnya hubungan di antara kedua negara sebagai kemenangan diplomatiknya, karena Tel Aviv memenuhi dua dari tiga tuntutannya. Dua tuntutan itu adalah Israel meminta maaf atas insiden kapal Mavi Marmara dan membayar kompensasi sejumlah 20 juta dollar AS bagi keluarga korban tewas dan menderita.

Selain itu, Tel Aviv juga memberikan izin kepada Ankara untuk mengirimkan bantuan ke Gaza. Namun, bantuan itu dikirimkan lewat pelabuhan Ashdod, Israel, karena Israel tetap memblokade jalur laut masuk ke Gaza.

Rasa kemenangan diplomatik atas pulihnya hubungan itu juga dirasakan Tel Aviv. Turki berjanji tidak akan melakukan tuntutan hukum terhadap tentara yang terlibat dalam penyerangan terhadap kapal Mavi Marmara. Selain itu, Turki juga berkomitmen untuk membasmi terorisme dan tidak lagi menentang Israel di forum internasional.

Sebenarnyalah, ada hal lebih dalam yang mempertemukan kedua negara, yang mendorong kedua negara untuk memulihkan hubungan diplomatiknya kembali setelah putus sejak tahun 2010. Hal tersebut adalah kepentingan ekonomi. Saat ini kedua negara saling membutuhkan. Ada keinginan dari kedua negara untuk memperkuat kerja sama ekonomi antara Tel Aviv dan Ankara.

Tel Aviv sangat berkepentingan untuk membuka pasar Turki, terutama untuk menjual gas alamnya. Israel memiliki cadangan gas alam, yang menurut Survei Geologi AS sekitar 3.450 miliar kubik. Problem yang dihadapi Israel bukan hanya soal besarnya biaya pengeboran, melainkan juga rute untuk menjual kepada konsumen.

Kesulitan Israel tersebut terjawab dengan munculnya kekurangan gas yang dialami Turki. Selama ini, Turki memenuhi kebutuhan gas dari Rusia. Namun, sejak hubungan Turki dan Rusia memburuk setelah penembakan pesawat Turki oleh jet tempur Rusia, pasokan gas Rusia ke Turki dikurangi; dari 300 juta meter kubik menjadi hanya 27 juta meter kubik per tahun.

Dengan demikian, bertemulah kepentingan kedua negara: Turki membutuhkan gas, sebaliknya Israel ingin menjual gasnya, sekaligus mencari jalur pemasaran ke Eropa. Bertemunya kepentingan inilah yang menjadi alasan paling mendasar pencairan kembali hubungan diplomatik antara Israel dan Turki. Masalah politik, yang menjadi persoalan selama ini, dikesampingkan.

Hubungan diplomatik dua negara akan terjadi apabila kepentingan kedua negara bertemu dan berdiri pada posisi yang sama. Kedua negara saling mengakui kedaulatan dan hak negara masing-masing. Hal seperti itu pula yang menjadi landasan Indonesia dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Juni 2016, di halaman 6 dengan judul "Gas Cairkan Hubungan Israel-Turki".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger