Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 26 Juli 2016

TAJUK RENCANA: Catatan atas Komunike AMM 2016 (Kompas)

Pada akhirnya, para menteri luar negeri ASEAN tetap tidak dapat mengambil konsensus menyangkut masalah Laut Tiongkok Selatan.

Dalam komunike bersama yang dikeluarkan kemarin, tidak disebut sama sekali hasil putusan Mahkamah Arbitrase Internasional (PAC) di Den Haag, Belanda. Mahkamah memutuskan menolak klaim Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan yang ditandai dengan sembilan garis putus-putus. Keputusan itu didasarkan pada pertimbangan bahwa klaim Tiongkok tidak punya dasar hukum. Klaim atas dasar hak historis Tiongkok gugur karena tidak sesuai dengan Zona Ekonomi Eksklusif seperti ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dengan kata lain, ASEAN tidak bersikap tegas terhadap keputusan PAC tersebut. Dalam komunike, ASEAN hanya menyatakan "prihatin" terhadap perkembangan terakhir dan yang sedang terjadi. ASEAN prihatin bahwa perkembangan terakhir telah menggerus kepercayaan dan keyakinan, meningkatkan ketegangan, dan mungkin menggerogoti perdamaian, keamanan, dan stabilitas kawasan.

Hal itu terjadi karena tidak tercapainya konsensus di antara negara ASEAN. Padahal, diplomasi konsensus merupakan kebanggaan ASEAN. Karena itu, kegagalan tercapainya konsensus akan bisa menghancurkan reputasi dan hubungan antar-anggota. Inilah langkah awal rusaknya persatuan dan kesatuan ASEAN karena tunduk pada kepentingan negara lain. Padahal, persatuan dan kesatuan ASEAN adalah kekuatannya.

Oleh karena itu, sekalipun Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) di Vientiane, Laos, mengeluarkan komunike bersama, tetap tidak menghapus catatan bahwa ada persoalan dalam hal "persatuan" dan "kesatuan" ASEAN. Sejak semula ASEAN didirikan, "persatuan" dan "kesatuan" merupakan kredo yang disepakati bersama dan dipegang teguh.

Tanpa kedua hal tersebut, mustahil ASEAN bisa bertahan hingga kini. Karena hal itu pula, kawasan ASEAN bisa tetap stabil dan menjanjikan pertumbuhan dan perkembangan. Inilah yang oleh Kishore Mahbubani disebut sebagai "mukjizat" geopolitik Asia Tenggara.

Berlanjut dan tidaknya "mukjizat" akan ditentukan oleh mampu tidaknya ASEAN mengonsolidasikan diri, terutama dalam persatuan, di tengah pertarungan kekuatan Tiongkok dan Amerika Serikat. Karena itu, apa yang terjadi dalam AMM Vientiane kiranya menjadi catatan penting untuk kemajuan ke depan. Ada persoalan besar dalam hal konsolidasi ASEAN karena perbenturan kepentingan nasional antar-negara anggota.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "Catatan atas Komunike AMM 2016".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger