Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 01 Juli 2016

TAJUK RENCANA: Pasca Serangan di Istanbul (Kompas)

Setiap kali terjadi serangan teror, dunia meratap. Ini pula yang terjadi menyusul serangan di Bandara Ataturk di Istanbul, Turki, Selasa (28/6) malam.

Serangan itu menewaskan setidaknya 41 orang dan melukai 239 lainnya.

Sebagaimana dinyatakan oleh Presiden Joko Widodo, kemanusiaan kembali terkoyak. Kita ikut berbelasungkawa atas jatuhnya korban dalam serangan itu, disertai sikap bahwa dunia harus bersatu melawan terorisme.

Negara yang mengandalkan turisme sebagai sumber devisa ini amat terpukul dengan peristiwa ini. Apalagi, sebelumnya juga terjadi serangan di Sultanahmet di Istanbul yang dikunjungi banyak wisatawan. Sementara itu, Bandara Ataturk selain bandara terbesar di Turki juga menjadi simpul penghubung Eropa dan Asia.

Tentang pelaku teror di bandara, Perdana Menteri Turki Binali Yildrim menduga milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) sebagai pelakunya. Yildrim juga menambahkan, serangan terjadi ketika Turki berhasil memerangi kelompok-kelompok teroris serta sedang memperbaiki hubungan dengan sejumlah mitra globalnya. Senin lalu, Turki mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik dengan Israel setelah terputus enam tahun, dan kini sedang berupaya memperbaiki hubungan dengan Rusia, yang menjadi pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Masalahnya, menurut sebagian pengamat, Turki masih melonggarkan perbatasannya. Kebijakan ini memungkinkan kelompok ekstrem menjadi kuat di Suriah.

Merefleksikan apa yang terjadi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengingatkan, serangan bom bisa terjadi di bandara mana pun di dunia. Kenyataannya, sebelum terjadi serangan di Bandara Ataturk, sudah terjadi serangan di bandara Brussels, Maret silam. Saat itu, dua pelaku berhasil masuk ke area keberangkatan dan meledakkan diri, hingga menewaskan 16 orang.

Dari sisi lokasi serangan, apa yang terjadi di Istanbul, dan sebelumnya di Brussels, akan membuat pengamanan bandara semakin diperketat (dari sekarang yang sudah sangat ketat). Perjalanan udara yang kini menjadi salah satu pilar ekonomi global diperkirakan semakin berkurang kenyamanannya.

Berikutnya, serangan seperti di Istanbul menimbulkan dampak ekonomi mengingat negara seperti Turki punya banyak ketergantungan pada turisme. Turisme mengandalkan dukungan keamanan untuk kelangsungan dan pertumbuhannya.

Mengingat ada banyak kepentingan yang dipertaruhkan, peringatan bahwa terorisme merupakan ancaman global harus terus digaungkan. Namun, kita juga mafhum bahwa memberantas terorisme yang sudah mengglobal bukan perkara mudah. Dibutuhkan kerja sama erat antarbangsa untuk mendapatkan hasil nyata.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "Pasca Serangan di Istanbul".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger