Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 12 Juli 2016

TAJUK RENCANA: Saling Kecam di Semenanjung Korea (Kompas)

Korea Utara menembakkan rudal balistik dari kapal selamnya di timur Semenanjung Korea, tetapi penembakan itu berakhir dengan kegagalan.

Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, menyebutkan, rudal yang ditembakkan, Sabtu (9/7), pada awalnya mesin peluncur rudalnya menyala, tetapi tidak lama kemudian proyektilnya meledak pada ketinggian 10 kilometer. Rudal itu lalu meluncur ke bumi dan jatuh di perairan beberapa kilometer dari titik peluncuran. Hingga Minggu malam, belum ada konfirmasi tentang penembakan rudal itu dari Korut.

Walaupun gagal, penembakan rudal balistik dari kapal selam Korut itu dikecam oleh Seoul, Tokyo, dan Washington DC karena dinilai sebagai tindakan provokatif. Dan, menurut mereka, tindakan itu adalah bentuk pelanggaran terhadap sanksi yang diterapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap Korut.

Ada dugaan bahwa penembakan rudal balistik dari kapal selamnya itu merupakan perwujudan dari rencana Korut untuk menyampaikan respons yang paling keras terhadap kesepakatan Korsel dan Amerika Serikat (AS) tentang pemasangan sistem senjata pertahanan anti rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di wilayah Korsel, yang dicapai Jumat lalu. Rencana pemasangan THAAD di Korsel itu dimaksudkan untuk menangkal kemungkinan serangan rudal Korut yang dapat mengancam keamanan aliansi Korsel dan AS. Saat ini, ada sebanyak 28.500 tentara AS di Korsel.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, Korut berulang kali mengadakan uji coba penembakan rudal balistik, dan juga diyakini tengah melakukan pengayaan uranium, yang digunakan untuk pengembangan senjata nuklir. Namun, hingga kini, belum diketahui kapan THAAD akan ditempatkan di Korsel, di mana persis lokasi penempatannya, dan siapa yang akan mengoperasikannya.

Rencana Korsel dan AS untuk memasang persenjataan defensif itu memicu datangnya kecaman keras dari Korut dan membuat Tiongkok meradang. Pyongyang menyebut kesepakatan Korsel dan AS tentang THAAD itu sebagai pernyataan perang kepada Korut. Sementara Beijing telah memanggil pulang duta besarnya dari Korsel dan AS. Oleh karena itu, Beijing menilai kesepakatan Korsel dan AS itu akan mengganggu keseimbangan keamanan di kawasan, dan juga tidak akan mengakhiri program pengembangan senjata nuklir Korut.

Untuk meredakan saling kecam di Semenanjung Korea itu, tidak ada jalan lain kecuali menyelenggarakan kembali pertemuan di antara enam negara untuk dengan serius membahas tentang bagaimana agar persoalan antara dua Korea itu tidak menjadi semakin panas. Keenam negara yang dimaksudkan itu adalah Korut, Korsel, Tiongkok, Jepang, AS, dan Rusia.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "Saling Kecam di Semenanjung Korea".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger