Ini sangat penting tak hanya bagi Presiden untuk meraih visi pertumbuhan ekonomi yang lebih gegas, tetapi juga bagi para menteri yang membantunya. Faktor sentimen terhadap Indonesia jelas menguat setelah bergabungnya Sri Mulyani Indrawati (SMI) sebagai Menteri Keuangan. Investor memandang SMI birokrat berdedikasi dan proreformasi yang menavigasi Indonesia saat diterpa krisis keuangan global 2008. SMI memperkuat seniornya, Darmin Nasution (Menko Perekonomian), dan yuniornya, Bambang PS Brodjonegoro (Bappenas).
Dalam memahami dinamika pasar modal secara rasional, untuk edukasi kepada investor, kami kerap menggunakan panduan ELVIS (earning, liquidity, valuation, interest rate, and sentiment/laba, likuiditas, valuasi, suku bunga, dan sentimen). Faktor laba perusahaan (earning) menempati posisi utama sebagai penopang fundamental nilai dan harga saham.
Sejak triwulan IV-2015, kami menggunakan SLIVE (sentiment, liquidity, interest rate, valuation, earning) untuk menekankan perbaikan faktor sentimen terhadap Indonesia setelah Presiden mulai memperkuat tim ekonomi setelah tekanan politik relatif dapat terkendali. Faktor earning harus diakui paling buncit jika menyikapi pelemahan daya beli masyarakat, terutama akibat kejatuhan harga komoditas ekspor, reorientasi subsidi BBM, hingga keterbatasan efektivitas stimulus moneter yang masih dibayangi oleh ketidakpastian kenaikan bunga The Fed.
Memasuki triwulan III-2016, kami meyakini LSIEV (liquidity, sentiment, interest rate, earning, valuation) lebih tepat. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) membawa berkah yang menahan risiko The Fed menaikkan bunga secara agresif. Selama ini Inggris menderita defisit neraca perdagangan paling besar dengan Jerman. Bisa jadi ini sejalan pendapat bahwa euro terlalu lemah untuk Jerman tetapi terlalu kuat untuk Yunani. Negosiasi perdagangan dalam penuntasan Brexit diduga sangat ketat antara Inggris dan EU, khususnya dengan Jerman, pasca depresiasi tajam poundsterling yang berpeluang membuat Inggris lebih kompetitif. Hal ini akan memicu ketidakpastian yang memperumit prospek pemulihan ekonomi sehingga pada akhirnya cenderung memperkuat dollar AS.
Namun, penguatan dollar ini akan menggerogoti daya saing ekspor AS. Dollar juga cenderung menguat akibat aksi quantitative easing (pelonggaran likuiditas) masif diikuti bank sentral Jepang dan UE. Jepang saat ini merencanakan menerbitkan obligasi bertenor terpanjang 50 tahun dengan imbal hasil yang diduga sangat rendah. Ini termasuk dalam stimulus besar-besaran yang akan digelar PM Shinzo Abe. Sebagai akibatnya suku bunga global akan terjaga rendah dan melandasi arus modal masuk menuju negara berkembang yang relatif telah merampungkan program stabilisasi seperti Indonesia.
Perbaikan sentimen tampak ditunjukkan oleh penurunan angka credit default swap (CDS) untuk Indonesia yang kini berkisar 160 basis poin. Angka yang mengukur premi negara gagal bayar ini lebih rendah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir yang berkisar 180. Kita berharap angka CDS ini terus menurun. Hal berbeda tampak terjadi pada Turki yang angka CDS-nya kini lebih besar ketimbang Indonesia dan terus meningkat setelah peristiwa kudeta yang gagal.
Mencermati penurunan defisit neraca pembayaran dan meredanya tekanan inflasi, konsensus analis meyakini BI dapat melanjutkan stimulus termasuk dengan menurunkan suku bunga. Stimulus moneter akan memperkuat pemulihan laba yang sebelumnya dipacu percepatan pengeluaran pemerintah.
Faktor valuasi saham (seperti price earning ratio/PER) perlu disikapi hati-hati. Bloomberg menaksir PER Bursa Efek Indonesia sekitar 17 kali. Ringkasnya investor mau menunggu selama 17 tahun jika diasumsikan laba perusahaan tak tumbuh. Angka penantian tentunya akan lebih pendek jika laba bertumbuh lebih pesat sejalan pemulihan ekonomi dan peringkat investasi.
PER IHSG yang sudah naik 15 persen sepanjang tahun ini terbilang sebanding dengan indeks saham S&P500 di AS, sedikit lebih murah dibandingkan bursa Filipina, tetapi cukup mahal daripada indeks saham Tiongkok (SHCOMP) yang terpuruk minus 16 persen. Kenaikan IHSG sepertinya bisa terbatas jika kestabilan ekonomi di Tiongkok mendorong investor mengalihkan dananya dari bursa negara berkembang seperti dari Filipina, Thailand, Indonesia, dan India. Itu sebabnya Indonesia harus terus berjuang mendapatkan status layak investasi dengan perbaikan struktural.
Dukungan politik presiden
Keberanian pemimpin merombak kabinet bukan peristiwa baru. Dapat ditarik sejauh kisah Nabi Yusuf yang diabadikan di Perjanjian Lama dan Al Quran. Nabi Yusuf tak hanya dapat menerjemahkan mimpi Raja tentang tujuh sapi kurus dan gemuk serta tujuh tangkai gandum kopong dan bernas sebagai pergiliran masa malang dan gemilang (business cycle). Beliau menawarkan jalan keluar pamungkas, bertumpu pada produktivitas sektor pertanian, penguasaan teknologi pasca panen dan distribusi, serta penghematan konsumsi. Pemikiran yang sangat bersesuaian dengan supply side revolution yang disarankan Bank Dunia untuk Indonesia 2014 guna mencegah perangkap pendapatan menengah (middle income trap) 2030.
Kini siklus bisnis jauh lebih rumit dan berat. Sebab, tak hanya dipicu faktor musim seperti pada zaman Mesir kuno. Upaya memangkas utang dalam neraca (long term debt deleveraging) di negara maju, reorientasi penopang pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, penuaan penduduk, currency misalignment, perang dingin multipolar, hingga pemanasan global mewarnai berakhirnya lonjakan harga komoditas yang pernah dinikmati Indonesia hampir 10 tahun terakhir. Indonesia tak dapat lagi mengandalkan ekspor komoditas barang primer yang harganya berjatuhan, tetapi harus memacu ekspor barang industri dan jadi (final goods) yang lebih diuntungkan oleh penguatan dollar AS dan pertumbuhan konsumsi domestik Tiongkok.
SMI tentu memahami semua hal ini. Tantangan yang dihadapi sangat berat. Peran SMI dibutuhkan terutama untuk keberhasilan reformasi administrasi perpajakan, program amnesti pajak, ataupun dukungan negara donor multilateral non-IMF untuk pembiayaan defisit guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas dalam artian keberlanjutan dan keberadilan. Perluasan basis pajak dan kepatuhan pajak melalui program amnesti pajak diharapkan akan diikuti penurunan tarif pajak yang kompetitif secara regional. Selain mendorong pertumbuhan konsumsi, pemangkasan ini terutama akan memperkuat kapasitas kelompok menengah atas untuk mengantisipasi risiko middle income trap.
Peran Menko Perekonomian kian menantang mengingat keberhasilan Indonesia sangat tergantung dari upaya memperkuat daya saing SDM, revitalisasi industrialisasi, peningkatan nilai tambah perdagangan internasional, hingga penguatan kedalaman sistem keuangan.
Peran Bappenas sangat dibutuhkan untuk memperkuat konektivitas dan potensi sinergi antarwilayah baik untuk mendorong ekspor, pasokan pangan dan energi, ataupun pariwisata. Ambil contoh dalam kasus pengendalian inflasi terkait komoditas pangan yang melandasi variabilitas inflasi antardaerah. Masyarakat petani di daerah surplus beras dapat menikmati nilai tambah yang lebih besar yang selama ini diraup pedagang. Dengan menggunakan teknologi informasi (seperti Bukalapak) dan pengiriman serta transportasi (seperti JNE dan Go-Jek), mereka dapat menjual beras kepada daerah defisit (seperti Jabotabek).
Prospek investasi secara fundamental akan lebih cerah jika Presiden dan jajaran kabinet, terutama tim ekonomi, mampu melakukan reshuffle faktor yang melandasi dinamika bursa kembali menjadi ELVIS.
BUDI HIKMAT, CHIEF ECONOMIST PT BAHANA TCW INVESTMENT MANAGEMENT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar