Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 22 Agustus 2016

Ujaran Kebencian//Kartu Pintar//Telah Dibatalkan//Paket Telkomsel (Surat Pembaca Kompas)

Ujaran Kebencian

Pekik dan seruan "merdeka" terus berkumandang sepanjang perayaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Hal serupa sangat sering dilakukan politikus, biasanya saat pidato, di luar peringatan hari kemerdekaan.

Terkait dengan bertambahnya usia kemerdekaan, di Kompas ada tulisan "Mencari Obat Mujarab Menghadapi Ujaran Kebencian" (Senin, 8/8). Disebutkan, penyebaran ujaran kebencian di media sosial di Indonesia sudah berlangsung lama. Sungguh ini suatu kontradiksi yang ironis. Pekik merdeka berdampingan dengan seruan "kebencian". Inilah cerminan inkonsistensi dan keterpecahan spiritual mental kepribadian bangsa Indonesia.

Ujaran kebencian sudah lama berlangsung dan diperparah dengan adanya sarana media sosial. Ini menandakan kegagalan sekaligus tantangan pemimpin bangsa untuk menanamkan nilai kemerdekaan sejati kepada bangsanya. Semangat kemerdekaan yang didasari semangat Sumpah Pemuda 1928 terasa sangat jauh sekarang. Tekad mereka agar di bumi pertiwi terwujud satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa yang menyatukan seluruh keberagaman kini ada kecenderungan mengarah menjadi satu kelompok, satu agama, satu kepentingan.

Artikel di atas menawarkan cara mengatasi ujaran kebencian dengan "mendorong gerakan literasi media sosial". Namun, ini tidak cukup. Ada Nawacita yang bertanggung jawab meminimalkan munculnya ujaran kebencian.

Ini bukan sekadar masalah kode etik bermedia sosial atau berinternet yang sehat. Ini merupakan masalah moralitas berbangsa yang pada hakikatnya sejalan dengan penghayatan nilai Pancasila secara benar. Kegagalan penghayatan ini cepat atau lambat akan menghancurkan bangsa sendiri.

Media sosial tidak salah karena ia bagaikan pisau bermata dua (positif/negatif). Yang bersalah adalah the (wo)men behind the gun. Kebebasan di era reformasi tidak boleh kebablasan dipakai untuk meningkatkan kebencian. Mari membangun kesadaran untuk lebih memaknai kemerdekaan berpendapat yang berwawasan kebangsaan.

Semoga tulisan ini dapat menjawab Antony Lee—penulis artikel di atas—yang menanyakan bagaimana cara Anda mencari obat mujarab menghadapi ujaran kebencian.

WIM K LIYONO, SURYA BARAT, KEDOYA UTARA, KEBON JERUK, JAKARTA BARAT

Kartu Pintar

Anak saya, Ricky Fernando Kurniawan, mendapat Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari kelurahan. Kami langsung mengurus untuk keperluan virtual dan verifikasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui pihak sekolah SMK Bina Kreasi Mandiri Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Namun, sudah lebih dari empat bulan belum juga ada kabar. Informasi dari pihak sekolah, data siswa sudah diajukan kepada Kemdikbud. Mengapa proses untuk mendapatkan virtual dan verifikasi begitu lama?

Anak saya yang mendapatkan Kartu Indonesia Pintar waktu itu masih duduk di kelas XI, dan sekarang sudah di kelas XII. Mengapa semangat kerja Presiden tidak sampai ke bawah dalam hal ini Kemdikbud?

KOKO KURNIAWAN, JALAN BOJONG ASIH IV RT 002 RW 018, BOJONG RAWALUMBU, KOTA BEKASI, JAWA BARAT

Telah Dibatalkan

Menanggapi surat di Kompas (2/6) "Masih Ditagih" yang disampaikan Bapak Guruh Eko Prasetyo, dengan ini disampaikan bahwa BNI telah menghubungi yang bersangkutan dan menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan itu.

Berdasarkan hasil investigasi, tagihan dimaksud bukan merupakan tanggung jawab Bapak Guruh Eko Prasetyo. Kami sudah menyelesaikan masalah ini dan status kartu kredit BNI pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia telah dibatalkan.

KIRYANTO, PEMIMPIN DIVISI KOMUNIKASI PERUSAHAAN DAN KESEKRETARIATAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK

Paket Telkomsel

Pengguna kartu Halo dengan paket dataunlimited sebaiknya waspada jika mendapat tawaran Telkomsel untuk pindah paket lain. Selama satu tahun terakhir ini, saya menggunakan paket data unlimited dari Halofit.

Paket lama itu mendapatkan 4 Gb dan jika habis, saya tetap bisa menggunakan internet meski kecepatan menurun.

Pada Mei 2016 saya dihubungi lewat telepon dari Telkomsel (+62111) menawarkan paket lain yang lebih besar dan saya setuju diaktifkan pada 15 Juni 2016. Pada Juli 2016 kuota internet saya habis dan internet tidak jalan.

Setelah menghubungi call center,ternyata sejak 31 Mei 2016 paketunlimited sudah tidak berlaku untuk paket baru. Saya kecewa karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya.

SATRIYO BHAWIKO P, JALAN KRAMAT BATU I, GANDARIA SELATAN, CILANDAK, JAKARTA SELATAN

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Agustus 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger