Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 06 September 2016

Akhir Pembacaan Doa//Artikel PT Pos//Yayasan Asisten (Surat pembaca Kompas)

Akhir Pembacaan Doa

Saat bertugas di daerah terisolasi tahun 1970, saya pernah menghadiri upacara peringatan hari bersejarah. Pada akhir acara, ada pembacaan doa oleh ulama. Dalam keheningan suasana doa, tiba-tiba terdengar tepuk tangan yang keras. Ternyata tepuk tangan berasal dari istri salah seorang kepala dinas. Wanita itu pasti tertidur dan mengira yang ia tepuki adalah kata sambutan.

Tepuk tangan untuk pembacaan doa memang tidak lazim. Yang lazim, di akhir doa orang mengucap, "Amin, Ya Robbal Alamin." Artinya memohon kepada Tuhan agar doanya dikabulkan. Lazimnya, tepuk tangan dilakukan kalau sedang merasa gembira, kagum, atau menang. Tidak pernah ada yang tepuk tangan dalam kesedihan, apalagi apabila sahabatnya sedang dilanda kesusahan.

Jadi, orang bertepuk tangan tanda sedang gembira. Hal ini universal di seluruh dunia. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi ketika tanggal 16 Agustus 2016—seusai pidato kenegaraan Presiden Jokowi dalam Sidang MPR/DPR—orang bertepuk tangan gegap gempita setelah pembacaan doa?

Timbul pertanyaan apakah hadirin merasa gembira mendengar doa HR Muhamad Syafeii, anggota Komisi III DPR asal Medan dari Partai Gerindra itu?

Saya jadi tergoda menganalisis isi doa. Misalnya, doa itu menyebut mata pisau hanya tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas, tidak ada upaya mengurangi kejahatan, menjadi kuli di negeri sendiri, dan pemimpin yang khianat.

Begitu doa ditutup, terdengar gemuruh tepuk tangan bersahutan. Apa artinya? Apa yang bertepuk tangan tadi menyambut gembira isi doa tersebut atau apa? Mengapa? Apa karena semua yang diucapkan mengkritik pemerintah? Pantaskah doa dipolitisasi?

Dalam kaitannya dengan apa yang telah saya sebutkan bahwa bertepuk tangan menandakan perasaan yang gembira, apakah benar orang bergembira karena keempat hal yang disebutkan di atas, atau karena keempat hal tersebut memang benar-benar adanya?

Memberi tepukan pada doa memang tidak lazim, dan sebaiknya juga tidak dilakukan lagi. Namun, di sisi lain, saya berharap tidak hanya pihak DPR yang memperbaiki diri, tetapi pemerintah hendaknya juga bersedia berlapang dada menerima kritik.

Gunakan kritik sebagai bahan untuk mawas diri untuk kemudian bangkit membangun bangsa dan negara.

ADI ANDOJO SOETJIPTO, MANTAN KETUA MUDA MAHKAMAH AGUNG TAMAN REMPOA INDAH, CIPUTAT, TANGERANG

Artikel PT Pos

Terima kasih atas artikel "Pos, yang Andal dan Bertahan" di Kompas, 21 Agustus 2016.

Sudah 270 tahun usia Pos Indonesia dan bersyukur masih bertahan di tengah maraknya perusahaan jasa pengiriman.

Pos Indonesia hadir dari kota sampai pelosok, dari Jawa hingga perbatasan, dari Sabang sampai Merauke. Pos Indonesia ikut menjaga wilayah perbatasan dan keutuhan negara melalui kode pos dan kantor pos.

Saya usul, Kompas bisa menghadirkan suka duka Pak Pos, bangunan kantor pos peninggalan Belanda, dan kisah lain yang dimuat secara berkala, seperti halnya artikel Susur Rel.

VITA PRIYAMBADA, KOMPLEKS PERHUBUNGAN, JATIWARINGIN, JAKARTA 13620

Yayasan Asisten

Pada 24 April 2016, kami mengambil asisten rumah tangga melalui Yayasan Putramas. Yayasan berlokasi di Tambun Selatan, Bekasi, dengan penanggung jawab Bapak Aldo. Saya memilih yayasan ini berdasarkan jaminan yayasan tepercaya pembantu.com.

Janjinya, masa kerja 1 tahun sesuai kontrak ada penggantian 4 kali dalam masa 3 bulan. Maka, saya pun membayar uang administrasi Rp 2 juta, ongkos pengantaran asisten rumah tangga ke rumah saya Rp 200.000, dan gaji dua bulan (24 April-24 Juni). Malah saya memberi tambahan THR Rp 200.000 yang seharusnya tidak wajib karena belum setahun bekerja. Namun, ternyata si asisten tidak kembali lagi dan tidak ada kabar.

Telepon yayasan sering tidak aktif atau tak diangkat. Saya hubungi pembantu.com dengan Ibu Eri, ia mengatakan tidak dapat membantu. Namun, jika yayasan itu juga dilaporkan 3-4 orang lain, yayasan akan masuk daftar hitam.

CINDY, CITRA GARDEN 2, JAKARTA 11830

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 September 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger