Misalnya saja, saat bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Amerika Serikat Barack Obama membahas hubungan kedua negara pasca upaya kudeta di Turki yang gagal Juli lalu. Sementara dengan tuan rumah, Obama bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk meresmikan bergabungnya kedua negara dengan kesepakatan penurunan emisi karbon yang dicapai dalam Konferensi Perubahan Iklim Ke-21 di Paris, Desember lalu.
Selebihnya KTT Ke-11 G-20 yang berlangsung pada 4-5 September mencoba menggalang kesepakatan untuk membangun ekonomi global yang inovatif, menyegarkan, terkoneksi, dan inklusif sebagaimana dicanangkan dalam tema KTT.
Karena merupakan kelompok yang mencakup 80 persen perdagangan dunia, tentu saja negara-negara lain ikut mengharapkan agar kemanfaatan pertemuan tidak saja dirasakan oleh anggota G-20, tetapi juga oleh mereka di luar kelompok.
Tentu kita awas bahwa meski tampak hangat dalam pertemuan, sesungguhnya di antara anggota—sebut saja AS dan tuan rumah Tiongkok—akhir-akhir ini terlibat dalam perbedaan tajam menyangkut penanganan masalah di Laut Tiongkok Selatan. Namun, baiklah, sementara waktu semua fokus pada masalah ekonomi. Maklum, sejak terjadi krisis keuangan dunia delapan tahun silam, kondisi perekonomian dunia bisa dikatakan belum pulih sepenuhnya. Terasa ada kerawanan dan kerentanan. Ibaratnya jika terjadi guncangan sedikit saja, seluruh dunia akan merasakan dampaknya.
Presiden Joko Widodo, yang menjadi salah satu pembicara utama mengenai upaya pembangunan tata keuangan global yang lebih efektif dan efisien, menyebutkan, Indonesia berkomitmen menjaga terwujudnya sistem ekonomi yang terbuka dan kompetitif.
Melalui pembangunan infrastruktur yang giat, Indonesia berharap bisa berkontribusi pada upaya revitalisasi perekonomian dunia, yang menurut Presiden diharapkan bisa tumbuh 2 persen pada tahun 2018.
Salah satu yang patut kita garis bawahi adalah disebutnya inovasi dan konektivitas oleh negara tuan rumah. Kita bukan yang paling belakang. Namun dibandingkan dengan sebagian besar anggota G-20, RI termasuk yang ketinggalan dalam inovasi juga dalam konektivitas.
Keadaan ini harus kita perbaiki. Jika tidak, selain program Presiden akan terkendala dalam pewujudannya, kita juga akan makin ketinggalan dibandingkan dengan anggota G-20 yang sudah lebih siap dalam inovasi dan konektivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar