Saya adalah warga perumahan Bumi Mutiara, Bojong Kulur. Sudah bertahun-tahun jalan akses di daerah kami, terutama di depan kantor kepala desa, rusak parah. Hingga saat ini tidak ada upaya dari Pemerintah Kabupaten Bogor untuk memperbaikinya.
Kami sudah memprotes kepada Pemkab Bogor dan bahkan mengancam akan mengadakan referendum untuk ikut ke Pemerintah Kota Bekasi. Namun, pihak dari Pemkab Bogor malah marah dan mengatakan harap sabar.
Perlu diketahui bahwa di Desa Bojong Kulur ada beberapa kompleks perumahan, di antaranya Vila Nusa Indah 1, 2, 3, dan Bumi Mutiara. Semua menghadapi akses jalan utama yang rusak parah sepanjang 3 kilometer.
Kami hanya mohon kepada Ibu Bupati Bogor, sudilah kiranya untuk turun ke lapangan, menengok wilayah perbatasan di daerah Desa Bojong Kulur dengan wilayah Kota Bekasi. Ibu Bupati akan bisa menyaksikan sendiri betapa jauh beda fasilitasnya. Jalan-jalan di Kabupaten Bogor rusak parah, sedangkan jalan di Kota Bekasi lumayan bagus.
Demikian keluhan kami. Semoga Pemerintah Kabupaten Bogor dan Ibu Bupati tergerak hatinya.
DJOKO MARTANTO, BOJONG KULUR, GUNUNG PUTRI, BOGOR
Gelora Bung Karno
Beberapa tahun terakhir, area terbuka di kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada hari Minggu digunakan untuk kegiatan korporasi. Umumnya, mereka melibatkan massa dalam jumlah besar dengan membuat panggung hiburan untuk membuat pengunjung bertahan di arena dan tempat korporasi menyampaikan pesan komersial.
Kegiatan itu kadang-kadang didahului dengan kegiatan olahraga: senam atau joging, bersama mengelilingi kompleks GBK dan berakhir di sekeliling panggung hiburan. Frekuensi kegiatan ini semakin sering dan melibatkan jumlah pengunjung yang juga semakin banyak.
Saya yang rutin berolahraga di kompleks GBK dan Jalan Sudirman, karena adanya hari bebas kendaraan, merasakan semakin sulit mendapatkan tempat parkir di Parkir Timur GBK. Meski datang pukul 06.00, tempat parkir sudah dipenuhi mobil pengunjung. Bayangkan jika ada kegiatan korporasi. Area ini bahkan sejak malam sebelumnya sudah dikosongkan.
Belakangan semakin luas cakupan area yang "disterilkan" oleh petugas GBK. Apakah dibenarkan direksi pengelola GBK menjual ruang terbuka di kompleks GBK sehingga mengurangi hak masyarakat untuk mengakses fasilitas publik?
PATRIANTO GODAM, BINTARO, PESANGGRAHAN, JAKARTA SELATAN
Tradisi Balon Udara
Tradisi balon udara di Wonosobo, Jawa Tengah, saat Lebaran berisiko membahayakan keselamatan penerbangan. Ini karena balon udara tradisional itu dapat mencapai ketinggian 30.000 kaki, sesuai informasi pilot yang menyaksikan langsung.
Selama ini, tradisi yang berisiko belakangan dilarang, misalnya petasan. Selain balon udara tradisional, saya juga mengimbau agar peralatan laser yang dijual bebas dilarang karena keduanya berisiko membahayakan penerbangan.
Memang belum sampai terjadi hal yang tidak diharapkan, tetapi perlu kiranya yang berwenang segera turun tangan.
ARI SAPARI, JALAN PENDOPO, PETUKANGAN SELATAN, JAKARTA, 12270
Bonus Transvision
Menanggapi Bapak Alam Sasongko Wibowo dalam surat pembaca "Janji Bonus" (Kompas, 28/8), bersama ini kami sampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.
Pihak Transvision telah menghubungi langsung pelanggan yang bersangkutan dan keluhan yang disampaikan telah diselesaikan dengan baik. Pelanggan sudah dapat kembali menikmati tayangan Transvision, termasuk bonusnya.
EIRENE PUTRI DEBARIM, PUBLIC RELATIONS TRANSVISION
Tanggapan JNE
Menanggapi surat Ibu Ratih Wulandari, "Belanja Online Lewat JNE" (Kompas,24/8), kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.
Sebagai bentuk tanggung jawab kepada pelanggan, kami telah merespons dan menghubungi Ibu Ratih Wulandari untuk menjelaskan duduk soal.
Kesepakatan penggantian telah dicapai dan kami ucapkan terima kasih atas kepercayaannya menggunakan jasa JNE.
HENDRIANIDA PRIMAN, HEAD OF MEDIA RELATION DEPARTMENT, JNE
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 September 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar