Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 02 September 2016

TAJUK RENCANA: Siap Menanti Giliran Eksekusi (Kompas)

Menyusul pembelotan Wakil Duta Besar Thae Yong Ho, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengeksekusi mati dua pejabat tinggi Korea Utara.

Selama berkuasa sejak 2011, Presiden Kim Jong Un dikabarkan telah mengeksekusi mati lebih dari 70 orang yang menentang kebijakannya. Mereka yang dieksekusi bukan saja para elite, melainkan juga pemain orkestra. Empat anggota Unhasu Orchestra dinyatakan telah dieksekusi pada Maret 2015.

Eksekusi terhadap mantan Menteri Pertanian Hwang Min dan pejabat senior Kementerian Pendidikan Ri Yong Jin dilaksanakan untuk memberikan efek jera menyusul pembelotan diplomat Korea Utara di Inggris Agustus lalu. Diplomat itu, Thae Yong Ho, disebut terlibat dalam penggelapan dana pemerintah dan melakukan pelecehan seksual pada anak di bawah umur.

Seperti biasa, Pemerintah Korea Utara tidak mengklarifikasi kabar eksekusi yang dilontarkan Kementerian Unifikasi Korea Selatan itu. Kita dapat memastikan apakah orang tersebut betul-betul dieksekusi jika nama orang itu tidak lagi muncul dalam pemberitaan.

Kementerian Unifikasi juga menyebutkan, seorang menteri yang bertanggung jawab untuk intelijen dan hubungan antar-Korea, Kim Yong Chol, telah dikirim untuk dididik ulang terkait ideologi negara. Disebutkan, Kim Yong Chol bersama pejabat bernama Choi Hwi dididik ulang selama satu bulan pada pertengahan Juli.

Kalaupun yang dieksekusi itu elite negara, seperti Menteri Pertahanan Hyon Yong Chol dan Kepala Staf Angkatan Darat Ri Yong Gil dan bahkan suami dari bibi Kim Jong Un sendiri, Chang Song Tek, pada tahun 2013, klarifikasi soal itu tidak pernah muncul.

Padahal, sebelumnya, banyak pengamat menduga Hyon Yong Chol adalah anggota militer yang paling dekat dengan Kim Jong Un. Karena itu, mereka kaget ketika Hyon Yong Chol pun harus menjalani hukuman mati. Artinya, siapa pun bisa menghadapi hukuman mati.

Profesor Yang Moo Jin dari Universitas Seoul mengkhawatirkan cara Kim Jong Un memimpin Korea Utara. Pemimpin kurang berpengalaman seperti Kim Jong Un, menurut Yang Moo Jin, dapat menampilkan kepemimpinan yang cenderung dramatik dan beringas.

Hukuman mati yang dilakukan Kim Jong Un bisa dilihat dari banyak sisi. Ke dalam negeri, eksekusi itu menjadi sinyal bahwa siapa pun yang mencoba mengusiknya akan menghadapi hal serupa. Ke luar, dia ingin menunjukkan bahwa dia mengontrol sepenuhnya kekuasaan di dalam.

Apakah dengan cara ini Kim Jong Un efektif mengontrol kekuasaan? Apakah ini ditempuh Kim Jong Un hanya untuk mencari perhatian dunia luar karena tidak bisa menyejahterakan rakyatnya? Atau, seperti dugaan Yang Moo Jin, Kim Jong Un butuh waktu untuk memperbaiki kepemimpinannya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 September 2016, di halaman 6 dengan judul "Siap Menanti Giliran Eksekusi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger