Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 01 Oktober 2016

Cegah Papan Iklan Ambruk//Pasien BPJS//Telepon Rusak (Surat Pembaca Kompas)


Cegah Papan Iklan Ambruk

Kondisi alam dan ketidaksiapan manusia sering menimbulkan bencana tidak terduga. Selain banjir bandang di Kabupaten Garut, di Jakarta angin kencang dan hujan lebat menyebabkan jembatan penyeberangan yang sarat papan iklan ambruk. Semua memakan korban jiwa.

Saya ingin menyoroti papan iklan yang sangat banyak di perkotaan ataupun di pedesaan, yang apabila dipasang pada jembatan penyeberangan orang (JPO), tentunya akan menambah beban pada konstruksi JPO.

Terpaan angin pada papan iklan ternyata tidak kecil pengaruhnya yang kemudian berdampak pada keselamatan lingkungannya. Maka, saya mengusulkan agar materi papan iklan ke depan menggunakan papan yang berlubang-lubang kecil sehingga dapat membebaskan angin mengalir. Dengan demikian, beban terpaan angin akan sangat berkurang pada permukaan papan. Pada akhirnya, papan berlubang-lubang juga mengurangi beban pada konstruksi tiang papan atau konstruksi bangunan/JPO yang ditempeli papan iklan.

Besar lubang-lubang tersebut dapat diatur tanpa mengganggu penyampaian pesannya. Hal ini sama seperti stiker iklan yang ditempel pada kaca mobil, yang juga menggunakan materi berlubang-lubang. Pesan iklan tetap sampai, keamanan lingkungan tetap terjaga.

Material berlubang-lubang kecil, dalam bentuk lembar papan untuk billboard, bukan suatu produk industri baru. Maka, menurut hemat saya, perlu segera diberlakukan agar tidak ada lagi korban. Hal ini sebetulnya sudah dilakukan pada pemasangan umbul-umbul dan spanduk, yang umumnya diberi robekan kecil agar tidak jatuh diterpa angin.

H PRAYUDHA MOELJO, KOMPLEKS DISKUM AD, JATINEGARA, JAKARTA TIMUR

Pasien BPJS

Senin pagi, 19 September 2016, untuk ketiga kali saya ke RSUD Budhi Asih di Jalan Dewi Sartika, Jakarta Timur. Saya hendak mendaftar berobat untuk ibu saya yang sedang sakit.

Kunjungan pertama saya ditolak pihak rumah sakit karena nomor antrean sudah habis, padahal masih pukul 09.00. Pada kunjungan kedua, saya juga tidak bisa mendaftarkan ibu saya ke poli dengan alasan yang sama, padahal saya sudah datang lebih awal, pukul 07.00. Petugas mengatakan, pasien pengguna BPJS yang tidak berbayar harus antre subuh atau dini hari untuk mendapatkan nomor pendaftaran.

Pada kunjungan ketiga, saya sampai di RSUD Budhi Asih pukul 05.00. Ternyata antrean untuk pasien BPJS sudah sangat panjang. Saya bertanya kepada mereka yang sudah hadir di halaman RSUD tersebut, apa yang harus saya lakukan dan dari jam berapa yang di barisan paling depan datang?

Mereka menjawab, ada yang dari pukul 01.00 sudah berdiri di halaman rumah sakit. Dalam situasi ini, banyak juga calo yang menawarkan jasa antre dengan tarif Rp 20.000-Rp 45.000.

Pukul 06.30 pengantre mulai berdiri dan mengambil posisi masing-masing untuk memasuki bagian administrasi rumah sakit, padahal pintu baru dibuka pukul 07.00. Kami dibagi beberapa kloter untuk masuk.

Saya mendapat nomor antrean 130, yang merupakan nomor registrasi pasien baru. Nomor antrean saya baru dipanggil pukul 08.45. Registrasi kedua selesai dan saya mendapat jatah periksa pukul 09.00 dengan antrean ke-18 dan langsung disuruh menuju poli bedah di lantai 2.

Perawat mengatakan, dokter hanya praktik hingga pukul 11.00 karena ada operasi. Saya pun menelepon ibu saya agar datang. Pukul 09.25 ibu saya datang dan baru dipanggil pukul 11.15.

Dokter yang memeriksa menyarankan agar ibu di-rontgen dulu. Saya mengantar ibu saya yang terus kesakitan menuju ruang rontgen di lantai 1. Kembali saya mendaftarkan ibu saya. Namun, petugas administrasi rontgen mengatakan, ibu saya baru mendapat giliran rontgentanggal 1 November 2016, dengan alasan jadwal rontgen sudah penuh karena hanya 30 orang per hari. Petugas menyarankan rontgen di luar rumah sakit.

Beginikah cara halus menolak pelayanan tidak berbayar?

RAHMAH YANTO, PONDOK BAMBU, DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR

Telepon Rusak

Telepon rumah saya (021) 86****36 rusak dan sudah berkali-kali melapor ke 147. Tiket pengaduan mulai dari IN4755939 (20/5), IN5257168 (6/6), IN5544545 (15/6), IN5809055 (23/6), IN7244940 (13/8), sampai IN7908154 (4/9).

Selama telepon rusak, kami tetap harus membayar tagihan kalau ingin diperbaiki. Walaupun sudah dilunasi, sampai saat ini kondisi telepon rumah masih tetap saja rusak.

PRABOWO, DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Oktober 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger