Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 01 Oktober 2016

KESEHATAN: Digigit Anjing (DR SAMSURIDJAL DJAUZI)

Anak laki-laki saya berumur 8 tahun sering bermain dengan anjing tetangga. Dua minggu yang lalu tiba-tiba dia digigit anjing tersebut di tangannya. Menurut tetangga saya, sewaktu bermain anak saya berebut mengambil kaleng dan ternyata kali ini anjing menggigit tangannya. Dia menangis keras dan lukanya berdarah cukup banyak.

Saya membawa dia ke rumah sakit terdekat. Di rumah sakit tersebut luka anak saya dibersihkan. Saya ditanya bagaimana sampai anak saya digigit anjing serta bagaimana keadaan anjing yang menggigit. Semula saya hanya khawatir pada luka di tangan anak saya, tetapi kemudian saya amat ketakutan karena saya baru menyadari gigitan anjing mungkin menyebabkan penyakit rabies.

Saya menanyakan hal tersebut kepada dokter yang mengobati. Menurut dokter, karena anjing tersebut terpelihara baik termasuk divaksinasi, kemungkinan tersebut amat kecil. Apalagi, anjing menggigit karena bermain dengan anak saya. Meski risiko terkena rabies kecil, anak saya dikirim ke rabies center di Jakarta Utara. Di sana dilakukan lagi pencucian luka dan saya ditanya secara teliti mengenai peristiwa yang terjadi. Saya menceritakan dengan rinci dan dokter memutuskan anak saya tidak perlu diimunisasi rabies, boleh pulang, dan anjing yang menggigit akan diperiksa dan dipantau dinas peternakan.

Saya merasa lega dan sampai sekarang sudah sebulan anak saya digigit anjing, keadaannya baik saja. Saya ingin mengetahui lebih banyak tentang rabies. Benarkah rabies atau penyakit anjing gila merupakan penyakit yang mematikan? Apakah sudah ada perkembangan mengenai penyakit yang berbahaya ini? Bagaimana dengan pengobatannya? Hewan apa saja yang dapat menularkan rabies dan bagaimana upaya pencegahan penyakit ini?

Di lingkungan rumah saya tak banyak tetangga yang punya anjing, jika pun punya, biasanya mereka mengikatnya dan tak membiarkan berkeliaran. Namun, di kampung dekat sekolah anak saya banyak anjing berkeliaran. Teman sekolah anak saya juga pernah digigit anjing di kakinya. Untunglah, dia juga tak terkena rabies. Apakah pemerintah telah mempunyai aturan agar para pemilik anjing menjaga anjingnya dengan baik serta memelihara kesehatan anjingnya? Bagaimana pula dengan kesehatan anjing yang berkeliaran? Apakah sekarang masih dijalankan pemusnahan anjing liar, seperti yang pernah diakukan dulu? Terima kasih atas jawaban dokter.

M di J

Penyakit rabies memang masih merupakan masalah kesehatan. Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rabies terdapat di 150 negara. Sekitar 55.000 orang meninggal setiap tahun karena rabies. Rabies banyak ditemukan di Asia dan Afrika. Virus penyebab rabies disebut virus Lyssa. Virus ini dapat hidup di air ludah anjing dan hewan penular rabies. Sekitar 98 persen penularan rabies melalui anjing dan sisanya melalui kucing, kera, kelelawar, dan lain-lainnya. Setiap tahun, biasanya pada September, dunia memperingati hari rabies untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap bahaya rabies.

Jadi, seseorang dapat tertular rabies jika digigit oleh hewan penular rabies yang terkena rabies. Jika hewan tersebut sehat, sudah tentu tak terjadi penularan rabies. Bagaimana cara mengetahui apakah anjing yang menggigit tertular rabies? Anjing yang terkena rabies akan berperilaku aneh. Dia tak menuruti perintah majikannya lagi. Sering lari tanpa tujuan. Suara anjing menjadi parau. Anjing tersebut dapat menggigit apa saja yang bergerak.

Anjing yang terkena rabies juga dapat mengalami kejang-kejang dan biasanya mati setelah 4-7 hari. Nah, jika anjing yang terkena rabies ini menggigit orang, orang yang digigit berisiko tertular rabies. Namun, tak mudah menentukan apakah anjing yang menggigit tertular rabies karena sering terjadi anjing tersebut lari dan sukar ditemukan. Karena itu, Kementerian Kesehatan sudah menyusun standar prosedur yang harus dilakukan jika ada orang digigit anjing atau hewan penular rabies lainnya. Standar tersebut dilaksanakan oleh rumah sakit terutama rumah sakit yang ditunjuk sebagai rabies center.

Di seluruh Indonesia ada sekitar 100rabies center, dan jumlah ini terus diperbanyak agar masyarakat dapat ditolong di rumah sakit terdekat. Baru saja berlangsung pelatihan penatalaksanaan rabies untuk rumah sakit swasta supaya rumah sakit swasta juga dapat berkontribusi menata laksana rabies.

Masa inkubasi rabies pada manusia umumnya 2-8 minggu, meski ada juga masa inkubasi yang lebih panjang. Orang yang terkena rabies menunjukkan gejala tergantung stadiumnya. Pada stadium awal dia akan merasa lemah, lesu, demam, muntah-muntah, dan sakit kepala berat. Setelah itu, akan masuk stadium rangsangan dan timbul gejala nyeri, rasa kesemutan di tempat gigitan, cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang sensorik. Setelah itu, masuk stadium hiperaktif, penderita berteriak-teriak, takut cahaya, takut air, takut suara, berlebihan air liur. Stadium ini kemudian diikuti oleh stadium lumpuh, penderita lumpuh mulai dari kaki kemudian lumpuh pada otot-otot pernapasan sehingga susah bernapas. Gejala-gejala ini terjadi karena virus rabies menyerang sistem saraf. Penderita biasanya meninggal dalam 4-6 hari. Jadi, rabies memang merupakan penyakit yang mematikan, tetapi rabies dapat dicegah.

Bagaimana upaya mencegah rabies? Upaya pencegahan melibatkan banyak instansi karena juga menyangkut pemantauan, pengawasan, dan pengamanan anjing serta hewan penular rabies. Sudah ada peraturan bagaimana memelihara anjing agar anjing tersebut tak tertular rabies. Anjing harus dijaga kesehatannya serta juga harus dijaga jangan sampai menggigit orang. Jika berjalan keluar rumah, anjing jika perlu dilengkapi pengaman mulut. Vaksinasi hewan penular rabies perlu dilakukan setiap tahun.

Pemusnahan anjing liar sekarang memang tak dilakukan lagi karena mendapat protes dari kelompok penyayang binatang. Jika terjadi kecelakaan tergigit anjing, segeralah berobat ke rumah sakit terdekat. Luka harus dibersihkan agar virus rabies jika ada tak tumbuh. Virus penyebab rabies cepat mati dengan zat pelarut lemak, seperti air sabun, deterjen, dan lain-lain. Karena itu, luka gigitan harus dicuci dengan air mengalir dan sabun minimal selama 15 menit lalu luka diberi antiseptik. Jika ada indikasi, pasien akan diberi vaksin anti rabies. Pada risiko tinggi kemungkinan tertular rabies, di samping vaksin anti rabies (VAR), juga diberikan serum anti rabies (SAR). Anjing yang menggigit akan ditangani oleh dinas peternakan dan akan diamati selama 14 hari.

WHO telah memberikan pedoman pemberian VAR dan SAR. Kementerian Kesehatan juga telah membuat pedoman berdasarkan pedoman WHO serta situasi di Indonesia. Pedoman penatalaksanaan rabies ini dilaksanakan di semua rumah sakit yang menangani rabies. Memang tidak semua gigitan anjing akan menularkan rabies. Namun, kita juga jangan menganggap enteng gigitan anjing. Sebaiknya, jika terjadi kecelakaan gigitan anjing, berkonsultasilah ke rumah sakit terdekat.

Syukur kalau tak ada risiko tertular rabies. Namun, jika ada kecurigaan risiko, dapat diberikan VAR dan jika perlu juga SAR. Sekarang keberadaan VAR dan SAR masih terbatas, tetapi pemerintah telah mengupayakan agar layanan penatalaksanaan rabies ini diperluas termasuk di rumah sakit swasta. Saya bersyukur anak Anda sehat, semoga Anda sekeluarga juga sehat selalu.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Oktober 2016, di halaman 25 dengan judul "Digigit Anjing".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger