Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 31 Oktober 2016

TAJUK RENCANA: Menunggu Kongres Fatah (Kompas)

Partai Fatah yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas akan mengadakan kongres menjelang akhir 2016. Ini kongres pertamanya sejak 2009.

Kongres yang akan diadakan di Ramallah, Tepi Barat, itu dianggap penting bagi masa depan Fatah dan juga masa depan Palestina, mengingat empat negara Arab menekan Abbas untuk menerima kepulangan pesaing lamanya, pengusaha Mohammed Dahlan, yang selama ini hidup di pengasingan di Uni Emirat Arab (UEA). Keempat negara Arab itu tergabung dalam "Kuartet Arab" dan terdiri dari Arab Saudi, Mesir, Jordania, dan UEA.

Dahlan sebelumnya adalah tokoh terkuat Fatah di Jalur Gaza. Ia diusir ke luar dari wilayah Palestina pada tahun 2011 dan menetap di UEA.

Walaupun ada penegasan bahwa kongres itu tidak terkait suksesi di Partai Fatah, analis menilai, kongres, yang kemungkinan diselenggarakan pada akhir November mendatang, diadakan Abbas untuk mengonsolidasikan kekuatannya. Abbas diperkirakan akan menggunakan kongres itu untuk menempatkan orang-orang yang loyal kepadanya pada posisi-posisi strategis di Fatah. Penilaian itu dilandaskan pada pertanyaan, mengapa setelah tujuh tahun berlalu tanpa kongres, tiba-tiba pada tahun ini diadakan, setelah ada tekanan dari Kuartet Arab untuk menerima Dahlan?

Keempat negara Arab itu berargumen, tekanan terhadap Abbas untuk menerima kembali Dahlan dimaksudkan guna mendorong rekonsiliasi di antara faksi di Palestina. Argumen mereka, seandainya Abbas dapat menyelesaikan persoalan internalnya di Fatah dengan Dahlan, peluang rekonsiliasi yang lebih luas dengan faksi-faksi di Palestina akan semakin terbuka lebar.

Oleh karena, selain perpecahan di dalam Fatah, Fatah juga berkonflik dengan kelompok militan Hamas. Pada tahun 2007, Hamas merebut wilayah Jalur Gaza, yang hampir saja berujung pada perang saudara di Palestina. Jajak pendapat yang dilaksanakan baru-baru ini memperlihatkan bahwa 65 persen responden di Palestina pesimistis tentang kemungkinan terjadinya rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas. Hanya 31 persen responden yang optimistis bahwa hal itu dapat dicapai.

Jangankan rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas, rekonsiliasi di dalam Partai Fatah pun diragukan banyak orang. Apalagi, Dahlan yang didukung Kuartet Arab itu baru-baru ini meminta agar Abbas mundur dari jabatannya. Bahkan, Minggu lalu, dalam wawancaranya dengan BBC, Dahlan secara terbuka mengkritik Abbas.

Melihat kenyataan itu, penting bagi kita untuk menunggu pelaksanaan Kongres Partai Fatah dan melihat bagaimana Abbas menyikapi tekanan dari keempat negara Arab tersebut untuk menerima Dahlan. Kita sangat berharap Abbas menempatkan kepentingan Palestina di atas segala-galanya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Oktober 2016, di halaman 6 dengan judul "Menunggu Kongres Fatah".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger