Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 14 November 2016

TAJUK RENCANA: Mengapa Memilih Jalan Kekerasan (Kompas)

Hingga sekarang ini, sulit untuk dipahami, mengapa masih banyak orang yang memilih jalan kekerasan untuk menuntaskan keinginannya.

Sejumlah serangan bom terjadi di Afganistan, Pakistan, Irak, dan Suriah, bahkan Indonesia. Hari Jumat lalu, kelompok Taliban menyerang, dengan menggunakan bom truk, Konsulat Jerman di Mazar-i-Sharif, Afganistan. Serangan tersebut sekurang-kurangnya menewaskan 4 orang dan melukai 120 orang lainnya.

Jerman yang tergabung dalam pasukan koalisi Amerika Serikat dan NATO menempatkan 800 tentaranya di Afganistan bagian utara. Muncul spekulasi bahwa serangan tersebut berkait dengan serangan udara yang dilancarkan NATO terhadap sebuah desa sebelah utara Kunduz, yang menewaskan sekitar 30 orang, mayoritas anak-anak.

Tidak hanya Jerman yang menjadi sasaran penyerangan Taliban, tetapi juga AS. Seorang pengebom bunuh diri menyerang pangkalan Angkatan Udara AS di Bagram, sehari setelah serangan di Mazar-i-Sharif. Akibat serangan bom bunuh diri tersebut, 4 orang tewas. Di Bagram, AS menempatkan hampir 10.000 tentara.

Bulan Juli silam, serangan bom terjadi di Kabul. Serangan bom yang diklaim dilakukan oleh kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) itu menewaskan tak kurang dari 80 orang dan melukai 200 orang lainnya. Sebelumnya, pada bulan April, Kabul menjadi sasaran serangan bom yang menewaskan 64 orang dan melukai 347 orang lainnya. Pada hari-hari sebelumnya, berkali-kali terjadi serangan bom, baik bom mobil maupun bom bunuh diri.

Tidak hanya Afganistan yang menjadi sasaran pengeboman. Kemarin, pengebom bunuh diri dari kelompok bersenjata NIIS meledakkan diri di sebuah tempat ibadah di Dargah Shah Noorani, Provinsi Balukistan, Pakistan. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 52 orang. Sebagian besar korban tewas adalah kaum perempuan dan anak-anak.

Mengapa mereka memilih jalan kekerasan? Tidak mudah menjawab pertanyaan tersebut. Apalagi kalau tindakan itu didasarkan pada ideologi atau sebuah keyakinan atau sebuah pegangan hidup atau tuntunan hidup. Banyak kelompok yang mengatasnamakan tatanan moral, tetapi menghalalkan kekerasan. Namun, apakah cara dan jalan kekerasan itu menyelesaikan masalah atau justru sebaliknya melahirkan masalah baru?

Secara umum, secara manusiawi dapat dikatakan bahwa nurani para pelaku tindak kekerasan itu sudah bebal. Mereka dapat dikatakan terasing dari pencarian makna akan hidup. Dalam rumusan lain, mereka—para pelaku tindak kekerasan itu—memegang prinsip tujuan menghalalkan cara. Orang-orang seperti ini sangat berbahaya. Karena itu, kita perlu waspada dan bertindak tegas.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 November 2016, di halaman 6 dengan judul "Mengapa Memilih Jalan Kekerasan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger