Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 27 Januari 2017

TAJUK RENCANA: Barroso dan UE‎ (kompas)

Mantan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso datang ke Indonesia untuk memberikan ceramah publik di sejumlah tempat.

Ia merupakan penerima Nobel Perdamaian tahun 2012 sebagai representasi dari Uni Eropa (UE). Panitia Nobel memilih UE karena selama 60 tahun UE dinilai berhasil memperjuangkan perdamaian, rekonsiliasi, demokrasi, dan HAM di Eropa.

Kedatangannya menjadi menarik karena saat ini UE sedang dilanda aneka masalah, mulai dari terorisme, banjir pengungsi, ancaman disintegrasi, dan yang paling nyata adalah gelombang ekstrem kanan. Terpilihnya Presiden AS Donald Trump juga menjadi penambah nilai kekhawatiran karena sejak hari pertama di Gedung Putih, ia terus menggenjot semua program populis, di antaranya menarik diri dari perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) dan membangun tembok di perbatasan Meksiko.

Pesan yang disampaikan Barroso jelas, jangan meragukan soliditas dan integrasi di Uni Eropa karena sistem yang ada di UE cukup kuat untuk menahan itu semua. Bisa jadi Barroso terlalu optimistis. Namun, sebagai satu-satunya Presiden Komisi Eropa yang terpilih dua kali, ia sangat paham dengan tarik-menarik yang ada di UE.

Salah satu contoh yang diajukannya, ketika krisis keuangan melanda UE beberapa waktu lalu, sehingga sejumlah negara Eropa nyaris bangkrut, banyak yang meramalkan UE akan bubar. Namun, UE selamat dari krisis ini. Barroso juga yakin UE akan berhasil menangani permasalahan berat lainnya.

Terkait Brexit, mantan PM Portugis ini menegaskan, hal itu tidak akan berdampak pada soliditas UE karena sejak awal pun Inggris selalu berada di "pinggir" dengan tidak mau bergabung dalam zona euro. Apalagi, warga Eropa sekarang melihat bahwa proses untuk keluar dari UE pun tak semudah yang dibayangkan.

Keputusan Mahkamah Agung Inggris yang menolak permintaan banding PM Inggris Theresa May mengukuhkan bahwa May harus memperoleh izin dari parlemen sebelum memproses perceraian dari UE dengan mengaktifkan Pasal 50 Traktat Lisabon.

Meskipun parlemen dipastikan tidak akan menghalangi Brexit, parlemen memiliki pengaruh untuk memutuskan apakah Inggris akan memilih "hard Brexit" atau "soft Brexit". May sudah mengindikasikan "hard Brexit", yaitu "putus total" dengan UE, termasuk keluar dari pasar tunggal Eropa. Namun, jangan lupa, parlemen Inggris dikuasai oleh anggota yang pro Eropa.

May juga sudah merintis hubungan dagang langsung dengan sejumlah negara, khususnya AS, terlebih Trump mendukung Brexit. Namun, UE sudah mengingatkan, Inggris tidak bisa melakukan negosiasi dagang dengan pihak ketiga sebelum resmi bercerai. Jadi, benar kata Barroso, sistem di UE memang kuat.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Januari 2017, di halaman 6 dengan judul "Barroso dan UE".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger