Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 03 Februari 2017

Mempunyai atau Memunyai?//Internet Lambat//Kulkas Belum Tiba (Surat Pembaca Kompas)

Mempunyai atau Memunyai?

Saya awam, tidak punya pengetahuan ilmiah mengenai bahasa. Namun, saya tergelitik mengomentari tulisan Yanwardi, "Memunyai", di rubrik Bahasa (Kompas, 7/1), yang menjelaskan bahwa kata "mempunyai" adalah yang benar.

Menurut Yanwardi, tidak ada argumen kebahasaan yang kuat untuk mengubah mempunyai menjadi memunyai. Apalagi ada resistensi penutur bahasa, yang menjadi salah satu ciri bahwa suatu hukum bahasa "kurang tepat".

Saya melihat dari sisi lain, bahwa kata "punya" adalah potongan dari "émpunya" dengan pokok kata "empu", yaitu "tuan" berarti "yang memiliki". Jadi "mempunyai" berasal dari awalan "me" disambung dengan "empunya". Saya belum menengok KBBI, tetapi dalamKamus Modern Bahasa Indonesia dari Grafica Djakarta (896 halaman) tercantum jejar (entry) untuk "punya" dan "empunya".

Mengenai kata-kata lain dalam artikel tersebut , saya ingin menyampaikan apa yang pernah saya dengar dari penjelasan Prof Dr Anton M Moeliono melalui program bahasa Indonesia di RRI. Bahwa kaidah peluluhan "p" menjadi "m" tidak berlaku kata benda (abstrak) dengan awalan "per" (dan akhiran "an"). Artinya, huruf "p" tetap dipertahankan ketika awalan "me" diletakkan di depannya, juga "kan" di belakangnya. Misal "persekutuan", "mempersekutukan", pertahanan, mempertahankan, dan seterusnya. Jadi, meskipun tidak diikuti konsonan, "p" dan "per" tidak diluluhkan.

Pada kata dengan aksara "p" dari bahasa asing, aksara "p" masih bisa dikekalkan. Demikian juga dengan kata-kata yang berasal bahasa asing dengan huruf awal selain "p": mengklaim, menstabilkan. Kata-kata seperti "parkir", "potret", tidak terasa lagi sebagai kata asing. Jadi, terasa asing atau tidak bergantung pada mudah atau tidaknya melafalkan, juga pada baru dan lamanya kata digunakan.

Kata-kata dari bahasa asing yang berawalan pro seperti produksi, proyeksi, program sebaiknya tidak luluh oleh awalan "me". Bukan saja menuruti kaidah disimilasi, tetapi juga 'pro' di sini dapat dianggap sebagai awalan analog dengan awalan "pe" dengan akhiran "an".

Akan halnya "mengkaji", "k" sengaja dikekalkan untuk membedakannya dengan "mengaji" dalam hubungannya dengan membaca Al Quran. Menurut kamus di atas, "mengaji" juga berasal dari "kaji". Jadi untuk "kajian" tidak perlu dibuat kata "mengkaji", yang penting konteksnya. Misal, "Para pakar sudah mengaji usulan itu". Tentu pembaca tahu bahwa "mengaji" di sini berarti "melakukan kajian".

SOEGIO SOSROSOEMARTO

Jalan Kepodang, Bintaro Jaya, Tangerang Selatan

Internet Lambat

Saya berlangganan Biznet sejak 2016 dengan user name 20046402. Pada tahun yang sama, Biznet menaikkan harga 20 persen dengan janji tambahan kecepatan data hingga 50 mbps, sebelumnya 30 mbps.

Sebelum kenaikan, saya sering mendapatkan kecepatan 10-15 mbps, setelah naik harga hanya 2-5 mbps. Jauh dari apa yang dijanjikan.

Belasan kali mengirim e-mail, telepon, Whatsapp, yang saya terima hanya janji dan alasan. Dari sistem yang terendam banjir, izin kompleks belum ada, bulan depan, minggu depan, dan seterusnya.

Minggu lalu koneksi mati total lebih dari tiga hari. Kemarin internet menyala dengan kecepatan 2 mbps. Tolong berikan pelayanan sesuai janji.

Saya kecewa. Belum pernah seumur hidup saya, saya menulis surat komplain seperti ini.

HERU GUNAWAN

PT Harapan Graha Niaga

Husein Sastranegara, Benda, Tangerang 15125

Kulkas Belum Tiba

Saya membeli kulkas LG dua pintu lewat situs belanja online JD.ID pada Sabtu, 14 Januari 2017, dengan nomor pesanan 206382846.

Dalam situs JD.ID disebutkan bahwa barang pesanan saya termasuk kategoripre-sale sehingga dibutuhkan waktu 3-5 hari untuk mengirimkannya.

Karena kulkas di rumah mendadak rusak, saya berharap paling lambat kulkas sudah bisa saya terima pada Sabtu, 21 Januari 2017. Akan tetapi, sampai saya menulis surat ini, 25 Januari 2017, jawaban yang saya terima dari pihak JD.ID selalu sama: "Sedang ditanyakan ke tim terkait". Tidak ada informasi kapan barang bisa diterima. Begitulah pengalaman belanja lewat JD.ID.

JOHANNES

Jalan Ubud Raya, Daan Mogot Baru, Jakarta Barat

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Februari 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger