Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 02 Februari 2017

TAJUK RENCANA: Peluang Kebijakan Proteksionistis AS (Kompas)

Kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump yang sangat berbeda dari pemerintahan sebelumnya adalah tantangan dan peluang.

Amerika Serikat memang masih negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Negara tersebut memberi kesempatan tumbuhnya kewirausahaan serta memiliki aturan hukum yang jelas dan transparan sehingga memberi kepastian berusaha yang diperlukan untuk tumbuhnya bisnis.

Tak heran jika Amerika Serikat menjadi tujuan banyak orang dari sejumlah negara, ras, agama, dan suku yang ingin menjadi bagian dari "American Dream" ideal yang mencakup hak setiap warga untuk setara dalam kesempatan, bebas dari tekanan dan rasa takut, negeri yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk makmur dan bahagia dengan bekerja keras.

Namun, bayangan ideal yang menjadikan AS negara terkuat tersebut robek ketika Trump terpilih sebagai presiden. Kebijakannya setelah dilantik sebagai presiden bersifat proteksionistis, melihat ke dalam, bahkan mendiskriminasi berdasarkan agama.

Tindakan Trump mengingatkan pada hipotesis Samuel P Huntington awal 1990 tentang benturan peradaban, yaitu sumber konflik dunia utamanya bukan ideologi atau ekonomi, melainkan agama dan kebudayaan. Konflik utama dalam politik global akan terjadi di antara negara-negara dengan berbagai kelompok peradaban.

Bagi Indonesia, AS adalah tujuan utama ekspor Indonesia. Tidak mudah mengganti posisi itu karena Tiongkok sebagai mitra dagang kedua terbesar dalam dua tahun terakhir sedang menata ekonomi dalam negerinya.

Presiden Joko Widodo mengajak untuk bersikap optimistis menghadapi ketidakpastian global. Artinya, kebijakan proteksionistis AS perlu disikapi dengan kepala dingin. Masa depan kemakmuran adalah Asia dan pertemuan Forum Ekonomi Dunia, bulan lalu, di Davos, Swiss, sepakat bahwa Asia akan tetap tumbuh baik.

Dengan situasi masyarakat AS yang terbelah dan sejumlah negara Eropa barat di bawah bayang-bayang terorisme, Indonesia, misalnya, dapat mengambil manfaat dengan mendorong industri pariwisata. Hanya saja, kualitas daerah tujuan dan layanan harus terus diperbaiki.

Menguatkan industri manufaktur sekaligus pasar dalam negeri menjadi cara meningkatkan kemakmuran. Namun, tidak ada negara yang menjadi makmur dengan menutup diri. Proteksionisme AS dapat menjadi kesempatan menggalang kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara yang satu pandangan dengan Indonesia. Namun, Indonesia harus dapat duduk sejajar serta ikut menentukan syarat kerja sama ekonomi dan perdagangan yang adil.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Februari 2017, di halaman 6 dengan judul "Peluang Kebijakan Proteksionistis AS".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger