Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 04 Maret 2017

Cari Benarnya Sendiri//Menutup Jalan//Sebutan Kiri Kanan (Surat Pembaca Kompas)

Cari Benarnya Sendiri

Menyimak lagu "Rujak Uleg" karya maestro keroncong almarhum Gesang, lirik "rujak timun, deleg-deleg terus nglamun" , membuat saya jadi ingat keadaan yang terus usreg belakangan ini. Liriknya yang menyinggung keadaan masa itu ternyata terjadi lagi masa kini.

Para elite politik golek benere dewe, cari benarnya sendiri. Lagu tersebut sangat populer pada tahun 1950-an ketika para elite partai politik saling berebut kekuasaan sehingga susunan kabinet silih berganti.

Banyak lisensi untuk pembelian barang-barang mewah beredar bagi para konco penguasa. Pertentangan di parlemen makin parah menjelang Pemilu 1955, terjadi kampanye yang saling menghujat. dan perang tanda gambar. Meski demikian, saat arak-arakan berbagai partai politik dengan massa cukup banyak, tidak pernah terjadi bentrokan. Mereka hanya berteriak-teriak. Pemasangan tanda gambar berdampingan pun tidak ada yang saling merusak meski pertentangan antara satu dan lainnya cukup tajam.

Karena itu, saya melihat kondisi saat ini dengan waswas. Meski dalam banyak hal mirip zaman 1950-an, kemajuan teknologi yang semakin canggih dan kehadiran media sosial, membuat informasi berseliweran tanpa saringan. Yang asli, palsu, hoaks, dan hujatan kebencian muncul di mana-mana. Ke mana budaya leluhur, ke mana budi pekerti?

Perlu kiranya revolusi mental seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo dengan pelaksanaan mulai dari atas. Ini mengingat bagian terbesar dari kalangan atas sudah banyak yang menikmati keadaan sekarang. Sementara untuk kalangan mudanya, pemerintah perlu mengadakan pendidikan bela negara dengan muatan budi pekerti.

Saya juga mengusulkan agar pelajaran dari kelompok bermain sampai kelas III SD disampaikan dalam bahasa lokal. Bahasa lokal sangat sarat pendidikan budi pekerti, terutama dalam mengenal sejarah leluhur dan pahlawan bangsa.

SLAMET KARTOSUMARTO, JL LETKOL KOMIRKARTAMAN, TASIKMALAYA 46112

Menutup Jalan

PT Hasana Damai Putra, selaku pengembang Kota Harapan Indah, telah bertindak semenamena dengan menutup jalan, November 2016. Jalan itu merupakan akses dari dan menuju perumahan.

Hal itu berdampak terhadap pelaku usaha di sekitar jalan yang ditutup. Omzet harian menurun drastis karena hampir tidak ada orang yang lewat.

Penutupan dilakukan dengan alasan ada pembangunan ruko baru yang mengharuskan pembongkaran jalan. Kami, para pelaku usaha, melayangkan protes dan tidak lama jalan kembali dibuka.

Namun, selang satu bulan kemudian PT Hasana Damai Putra kembali menutup jalan, kali ini hanya satu ruas jalan yang di tutup. Namun, tetap saja hal ini memengaruhi omzet kami.

Setelah kami protes untuk kedua kalinya, dua minggu kemudian jalan dibuka. Namun, Sabtu 18 Februari 2017, jalan kembali ditutup tanpa pemberitahuan. Kali ini jalan langsung dibongkar dan kami tidak bisa apa-apa.

Kami, para pemilik usaha, berusaha menemui perwakilan PT Hasana Damai Putra untuk meminta penjelasan. Senin 20 Februari 2017, dalam pertemuan pihak pengembang menjelaskan bahwa pembongkaran jalan dilakukan untuk memindahkan kabel-kabel yang tertanam di bawah jalan, tetapi tidak memberikan solusi dan kejelasan terhadap pelaksanaan dan dampaknya. Mereka juga tidak bisa memastikan kapan proyek selesai.

IVAN CHANDRA LUKITO, HARAPAN INDAH 2, RUKO CEMARA, KOTA BEKASI

Sebutan Kiri Kanan

Menurut buku populer tentang Albert Einstein, penyebutan kiri kanan itu relatif, bergantung pada sudut pandangnya.

Di Kompas, Minggu (19/2), dan sebelumnya, ada dua gambar yang berbeda keterangan (sebelah) kiri dan (sebelah) kanannya. Pada judul "Ajukan Kasasi", gambar Haris Azhar disebut (kiri), berarti dari sudut pandang orang yang ada di gambar. Sementara di pada "Perancis di Simpang Krisis", gambar Emmanuel Macron disebut (sebelah) kiri, artinya dari sudut pandang pembaca.

Saya mengusulkan agar Kompaskonsisten dengan penyebutan kanan dan kiri selalu dari sudut pembaca. Hal itu lebih memudahkan karena itu yang diajarkan sejak TK.

HARSUTEJO, JL AKALIPA, KEMANG PRATAMA 3, BEKASI

Catatan Redaksi:

Terima kasih atas catatan yang disampaikan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Maret 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger