Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 31 Maret 2017

TAJUK RENCANA: Penguatan Indonesia-Perancis (Kompas)

Kunjungan Presiden Perancis Francois Hollande ke Indonesia bersejarah. Sebab, presiden Perancis terakhir yang datang ke Indonesia terjadi tahun 1986.

Saat itu Perancis dipimpin Presiden Francois Mitterrand.

Kunjungan kali ini terjadi di saat Uni Eropa berusia 60 tahun dan memulai sejarah baru pasca Brexit dan di saat Perancis akan melaksanakan pemilu pada April. Ini akan menjadi bulan-bulan terakhir pemerintahan Hollande karena ia tidak mencalonkan diri lagi.

Indonesia dan Perancis memiliki sejumlah kemiripan, antara lain penduduknya yang multikultur. Negara yang mayoritas warganya beragama Katolik Roma ini memiliki sekitar 5-10 persen warga Muslim. Sementara Indonesia, selain menjadi negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia juga menjadi rumah bagi agama Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.

Kesamaan lainnya, Indonesia dan Perancis pernah menjadi korban serangan terorisme yang masif. Perancis merupakan negara di Eropa yang bertubi-tubi mengalami serangan teror sepanjang 2015-2016. Terkait itu, Indonesia dan Perancis bersepakat menjalin kerja sama untuk memerangi terorisme dan ekstremisme global. Terlebih saat ini terorisme memasuki wilayah digital, metode yang terus berkembang dan jenis serangan yang makin bervariasi.

Aksi-aksi terorisme secara tak langsung telah menumbuhkan semangat xenofobia yang anti Islam dan anti migran, bukan saja di Perancis, melainkan juga di negara-negara Eropa lainnya. Bahkan, kandidat presiden Perancis dari partai ekstrem kanan, Marine Le Pen, saat ini menjadi kandidat yang paling populer menurut berbagai jajak pendapat.

Bangkitnya gelombang populisme menimbulkan keprihatinan dan kekhawatiran bukan saja di Eropa, melainkan juga di negara-negara lainnya, khususnya yang mayoritas berpenduduk Muslim seperti Indonesia. Perancis tentunya ingin melihat bagaimana semangat toleransi bisa berjalan di Indonesia yang multi-agama dan multi-etnis serta bersama-sama menggalang kekuatan untuk menekan semangat xenofobia.

Bagi Indonesia, kunjungan semacam ini kembali menunjukkan betapa kemampuan Indonesia untuk merawat keragaman menjadi harta yang luar biasa berharga. Di mata dunia, Indonesia tak ubahnya "laboratorium" yang selalu menjadi sumber inspirasi tentang demokrasi dan toleransi.

Selama hampir 72 tahun merdeka, bangsa ini telah berhasil melewati beragam ujian yang berat karena keyakinannya untuk mempertahankan fondasi NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, jangan sampai perselisihan politik ataupun ambisi kekuasaan menggoyang fondasi keutuhan bangsa ini.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Maret 2017, di halaman 6 dengan judul "Penguatan Indonesia-Perancis".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger