Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 16 Mei 2017

Menghormati Perbedaan//Tanggapan Kemendikbud//Klarifikasi Kedutaan Inggris (Surat Pembaca Kompas)

Menghormati Perbedaan

Salah satu kebanggaan rakyat Indonesia adalah semangat kesatuan dan persatuan berbagai perbedaan dalam bangsa Indonesia. Perbedaan itu tidak hanya sebatas aspek fisik, budaya, dan agama, tetapi juga dalam hal identitas sosial alias kepribadian khas setiap kelompok.

Identitas sosial adalah karunia Allah Yang Mahabaik, yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. Salah satu contoh adalah identitas sosial penduduk asli Kepulauan Key di Maluku Tenggara. Seperti halnya suku-suku di Maluku lainnya, mereka senang berpesta, kasar, berkelompok, emosional dan temperamen, agresif, serta ambisius, tetapi juga periang dan ikatan keluarganya sangat kuat.

Karena dorongan bakat dan identitas sosial itu, tahun 1920-an banyak warga Key merantau dari Tual ke Papua bagian selatan menggunakan perahu layar, melintasi Laut Arafura. Mereka menyebar dari Fakfak, Merauke, sampai ke daerah pedalaman.

Sebagian besar perantau Key berprofesi guru. Mereka mendampingi para rohaniwan Katolik dari Belanda menyebarkan agama dan mendirikan sekolah-sekolah di Papua bagian selatan dan pedalaman.

Mereka juga mudah berintegrasi dengan penduduk dan hidup dalam ikatan persaudaraan yang kuat dengan hukum adat setempat. Karena hukum adat itu pula, warga Marind di Kampung Embuti menerima kami sekeluarga sebagai kerabat kepala suku dan sebagian tanah ulayat di Kampung Sasate, Merauke, diberikan ke kami.

Berkat kebaikan identitas sosial suku Key, mereka turut merintis pembangunan bumi Papua bagian selatan dan pedalamannya. Oleh karena itu, keanekaan suku, agama, ras, dan identitas sosial yang dikaruniakan Allah Yang Mahabaik harus dihormati dan digunakan untuk kebaikan. Toleransi terhadap sesama yang berbeda-beda akan menguatkan bangsa dan berkontribusi besar terhadap pembangunan kesejahteraan secara keseluruhan.

Jangan ada lagi diskriminasi di negeri ini.

WILLIBRORD DUMAT UBUN FADIR, JL RAYA CIBURUY, KP SUKAMAJU, PADALARANG, BANDUNG BARAT

Tanggapan Kemendikbud

Menanggapi surat pembaca dari Saudara Ali Mokhamad berjudul "Tunjangan Sertifikasi" Kompas, Kamis (20/4), kami sampaikan bahwa kekurangan pembayaran tunjangan profesi guru yang belum sesuai inpassing sudah dibayarkan melalui mekanisme Carry Over 2016 Nomor SP2D 170881303006073 tanggal 4 April 2017 melalui Bank BNI. Dana dikirim ke nomor rekening 450066922 atas nama Ali Mokhamad sebesar Rp 20.972.500.

Untuk keterangan lebih lanjut, sila ke Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

ARI SANTOSO, KEPALA BIRO KOMUNIKASI DAN LAYANAN MASYARAKAT, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Klarifikasi Kedutaan Inggris

Menanggapi surat Saudari Rumi Rachmawati, Kompas, Selasa (2/5), berjudul "Di manakah Paspor Saya?", izinkan kami mengklarifikasi masalah ini.

Rumi mengajukan aplikasi visa pada 30 Maret dan memilih layanan pengantaran paspor melalui jasa kurir. Ketika memilih layanan ini seharusnya Rumi sudah diberi tahu bahwa akan ada penambahan waktu transit selama 3-5 hari kerja.

Aplikasi visa diproses di Manila pada 4 April dan diterima oleh pusat aplikasi visa di Jakarta pada 5 April, sesuai dengan standar layanan publik lima hari kerja. Paspor diantar melalui jasa kurir pada hari yang sama dan diterima pada 10 April 2017.

Ada banyak cerita tentang sulitnya mendapatkan visa Inggris. Padahal, pada kenyataannya tingkat penolakan visa Inggris dari Indonesia sangat rendah. Dari semua WNI yang mengajukan visa Inggris, 96 persen mendapatkan. Selain itu, 99 persen keputusan visa dibuat dalam 15 hari kerja sesuai standar layanan yang berlaku. Pada Desember 2016, Inggris mengeluarkan sekitar 48.000 visa kepada WNI, jumlah ini naik 26 persen dari tahun sebelumnya.

Kami telah membuka pusat aplikasi visa di Jakarta, Surabaya, dan Denpasar, serta layanan opsi tambahan untuk memfasilitasi pemohon visa. Kami terbuka untuk semua masukan dan saran untuk meningkatkan mutu pelayanan kami kepada warga masyarakat di Indonesia.

FAYE BELNIS, JURU BICARA KEDUTAAN BESAR INGGRIS DI JAKARTA

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Mei 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger