KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Jenasah Ibu Negara keenam Ani Yudhoyono tiba di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Minggu (2/6/19). Ani Yudhoyono dimakamkan secara militer di TMP Kalibata.

Pada 1 Juni, pas pada Hari Pancasila, kami menerima berita duka bahwa Ibu Ani yang kami cintai dan banggakan telah berpulang ke pangkuan Allah SWT. Rasa sedih yang mendalam menyelimuti diri kami. Sebagai pembantu Presiden SBY, selama 10 tahun, kami merasakan sentuhan Ibu Ani, sebagai seorang ibu yang selalu memberikan semangat, dukungan, perlindungan, dan mengayomi kita semua. Beliau seorang yang kuat, karismatik, dan pada saat yang bersamaan hangat dan rendah hati.

Ibu Ani sudah berpulang ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Kita tak bisa bertemu lagi, berkeluh kesah, ataupun bertawa riang. Namun, warisan Ibu Ani akan terus hidup di antara kita dan terus menginspirasi kita. Berdasarkan pengalaman pribadi dan interaksi kami dengan Ibu Ani, sebagai Ibu Negara, beliau dapat menggunakan posisinya untuk meninggalkan berbagai warisan penting.

Pertama, peran Ibu Ani dalam memperjuangkan peran perempuan. Ibu Ani mempunyai peran dalam memprioritaskan peningkatan peran perempuan dalam banyak hal. Sebagai salah satu menteri perempuan pada Kabinet Presiden SBY, kami sangat merasakan dukungan, perlindungan, dan dukungan moril dari beliau. Beliau menghargai dan memahami posisi perempuan yang berkarier dan profesional, baik sebagai menteri perempuan maupun profesional lain.

Beliau juga selalu mengedepankan isu perempuan secara lebih luas, apakah perlindungan terhadap TKI perempuan yang tidak diperlakukan dengan baik, nasib dan kesejahteraan pembatik dan pedagang-pasar perempuan, sampai dengan hak-hak perempuan secara hukum. Bahkan dalam beberapa hal, beliau tidak hanya peduli, tetapi juga mendorong supaya ada suatu tindakan dan kebijakan yang diambil.

Kedua, peran beliau sebagai katalisator untuk mengembangkan wastra dan busana Nusantara, mulai dari batik. Menurut hemat kami, baik Ibu Ani maupun Pak SBY sangat berperan dalam mencetuskan gerakan penggunaan batik. Kami masih ingat bagaimana Ibu Ani berpesan, jika kita ingin masyarakat Indonesia bangga menggunakan batik, harus dimulai dari diri kita sendiri.

Berbagai gerakan dilaksanakan, termasuk penggunaan batik pada hari Jumat, di acara-acara pemerintahan (termasuk acara internasional) dan yang akhirnya menyebar ke daerah dan swasta, serta menjadi lebih populer lagi setelah mendapat sentuhan dari para desainer mode.

Beliau tidak lelahnya mempromosikan batik dan mendorong agar batik diakui sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh UNESCO, yang tercapai pada 2 Oktober 2008, yang akhirnya menjadi Hari Batik Nasional. Salah satu ucapan Ibu Ani yang tidak akan saya lupakan adalah harapan beliau bahwa batik bisa hidup seribu tahun lagi, dan hal tersebut hanya mungkin jika kita terus mengembangkan batik, memperhatikan perajin batik, mengembangkan desain, dan kreatif dalam penggunaannya secara kontemporer.

Selain batik, Ibu Ani juga mendorong tenun serta semua wastra dan busana Nusantara dengan prinsip yang sama, dan juga selalu tampil anggun dalam menggunakan busana Nusantara, sehingga menjadi panutan bagi kita semua. Beliau juga mempunyai kepedulian agar warisan budaya perlu didokumentasikan agar masyarakat menjadi lebih peduli dan bangga. Ada beberapa buku mengenai batik dan tenun yang beliau prakarsai yang menjadi referensi penting.

Ketiga, dukungan beliau terhadap ekonomi kreatif. Sebagai menteri yang menangani ekonomi kreatif, mulai dari sejak kami di Kementerian Perdagangan, baik Bapak SBY maupun Ibu Ani merupakan pendorong dan penyemangat utama dari berkembangnya ekonomi kreatif.

Beliau sendiri, atau dengan Pak SBY, selalu hadir dalam semua acara terkait ekonomi kreatif pada awal-awal proses mengaktivasi pentingnya ekonomi kreatif sebagai kekuatan baru, ide untuk menularkan virus K (Kreatif) dan berbagai acara, seperti Bulan Ekonomi Kreatif, di mana kami bekerja sama dengan pusat perbelanjaan untuk menyediakan tempat bagi pelaku kreatif untuk memajang produknya.

Beliau juga mendukung ide menyalurkan berbagai binaan pemerintah yang sudah berhasil di sejumlah sektor industri kreatif di dalam suatu wadah yang menjadi etalase the best of Indonesia. Wadah tersebut adalah alun-alun yang akhirnya menjadi tempat untuk juga menjamu tamu negara. Dukungan beliau tidak terbatas kepada wastra, mode, dan kriya Indonesia, tetapi juga terhadap semua sektor ekonomi kreatif, seperti animasi, musik, film, dan termasuk pengembangan karya Indonesia untuk edukasi anak-anak.

Apresiasi dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan memberikan penghargaan Dharma Cipta Utama pada 2014, atas peran beliau dalam melestarikan warisan budaya dan pengembangan ekonomi kreatif, rasanya tidak sebanding dengan kontribusi beliau.

Selamat jalan, Ibu Ani. Kami menulis ini dengan meneteskan air mata, sedih campur bahagia karena pernah bersentuhan dengan Ibu Ani, dan dalam keyakinan warisan Ibu untuk Indonesia akan hidup seribu tahun lagi.