Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 23 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Hyperloop dan Kebangkitan RI (Kompas)

Hyperloop adalah visi yang dicetuskan oleh Elon Musk, technopreneur Amerika, pendiri perusahaan Tesla Motor dan SpaceX.

Sistem transportasi baru Hyperloop bisa menghubungkan kota seperti Los Angeles dan San Francisco yang berjarak sekitar 560 kilometer dalam tempo 30 menit.

Kisah tentang Hyperloop ini disampaikan Presiden Joko Widodo pada Rakornas Pengawasan Internal Pemerintah 2017 di Istana Negara, 18 Mei lalu.

Saat itu, mendahului uraian tentang anggaran, Presiden menyatakan bahwa dunia berubah begitu cepat, tiap minggu, tiap hari, bahkan tiap detik. Kini masih banyak orang belajar internet. Namun, pada saat yang sama sudah berkembangmobile internet. Belum selesai hal itu, kini ramai dibahas artificial intelligenceatau kecerdasan buatan. Ibaratnya belum rampung yang satu sudah muncul yang lain, termasuk mobil masa depan dan Hyperloop.

Presiden juga tidak lupa menyinggung perusahaan Musk yang lain, yakni SpaceX, yang kita kenal sebagai pembuat roket Falcon dan wahana angkasa Dragon, yang kini sudah siap membawa manusia mengintip Bulan.

Di tengah derap kemajuan seperti itu, jangankan malas, bahkan bekerja linier, bekerja rutin saja, orang akan tertinggal. Pada sisi lain, sebagian bangsa Indonesia masih asyik demo, memfitnah, menghujat, berpikir buruk tentang orang, menyebar kabar bohong.

Presiden bertanya, apa hal semacam itu mau diterus(-terus)kan? Jika kita tidak ingin tertinggal oleh peradaban, atau menjadi bangsa pecundang, jawabnya tentu "tidak".

Kita kaitkan dengan judul berita utama harian ini kemarin, "Saatnya Menjawab Tantangan", masih dalam semangat Hari Kebangkitan Nasional. Kita sangat prihatin karena masalah yang harus ditanggulangi bukan menyiapkan teknologi atau kapital untuk mengejar kemajuan, tetapi masih seputar kohesi sosial yang menjadi pengikat keberagaman bangsa.

Presiden ingin menyudahi kemandekan—kalau bukan kemunduran—bangsanya. Jika tak diingatkan, Indonesia akan ketinggalan dua kali. Pertama, karena ia bukan saja stagnan, tetapi berjalan mundur, dan kedua, bangsa-bangsa lain bekerja produktif, inovatif, dan progresif.

Presiden dengan menyebut apa yang dilakukan oleh Elon Musk sekadar memberi contoh. Selebihnya, bangsa Indonesia harus berikhtiar sekuat tenaga, mulai dari membangun kembali kohesi sosial, mempersempit jurang kesenjangan, mempercepat laju perekonomian, hingga berupaya menguasai teknologi.

Kebangetan kalau kisah yang disampaikan Presiden tentang Hyperloop dan kemajuan teknologi lainnya tak memberi inspirasi apa pun. Atau memang kita tak punya daya untuk bangkit?

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Hyperloop dan Kebangkitan RI".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger