Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 23 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Trump dan Timur Tengah (Kompas)

Kehadiran Presiden AS Donald J Trump dan kesepakatan pembelian senjata dengan Arab Saudi akan makin memanaskan situasi politik di Timur Tengah.

Alih-alih mendinginkan suasana, kesepakatan itu membuat Israel dan Iran meradang. Belum lagi Rusia yang ikut meradang akibat ulah Amerika Serikat (AS) yang kembali menyerang posisi Pemerintah Suriah di perbatasan Jordania, Jumat (19/5) lalu. Kesepakatan pembelian senjata sebesar 110 miliar dollar AS itu dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan Arab Saudi.

Kesepakatan dagang antara AS dan Arab Saudi dalam kunjungan Presiden AS Donald Trump, yang pertama kali ke luar negeri, bernilai 380 miliar dollar AS. Lawatan Trump ke Timur Tengah itu pun memberi perspektif lain dibandingkan dengan ungkapan Trump pada masa kampanye. Saat itu, Trump diasosiasikan anti-Islam. "Saya pikir, Islam membenci kami," ujarnya saat kampanye.

Sebagai kandidat presiden, Trump "mengejek" Presiden Barack Obama karena dianggap tidak berani mengucapkan frasa terorisme Islam radikal. Dalam kunjungan ini pun, ia tak menggunakan frase itu. Trump menuduh membiarkan Michelle Obama "dihukum" karena tidak memakai kerudung saat berkunjung ke Arab Saudi. Namun, Ibu Negara AS Melania Trump ternyata tidak memakai kerudung saat berkunjung ke sana pula.

Terlalu banyak untuk disebut satu per satu pernyataan Trump pada masa kampanye yang bernada negatif terhadap Arab Saudi. Namun, nada negatif itu berubah saat Trump berpidato di depan puluhan pemimpin negara-negara Islam. Di depan pemimpin kawasan, Trump juga tidak menjelaskan alasannya melarang warga dari tujuh negara Islam masuk AS.

Bahkan, dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi, Trump menggarisbawahi tentang kekerabatan mereka. Bahkan, ia berterima kasih kepada El-Sisi yang membebaskan pekerja amal Aya Hijazi yang dipenjara selama hampir tiga tahun. Untuk memperlihatkan kedekatan mereka, El-Sisi mengajak Trump bercanda. "Kamu adalah personal unik yang mampu melakukan sesuatu yang tidak mungkin," ungkap El-Sisi. Trump membalas dengan bercanda, "Cintailah sepatumu. Kawan, sepatumu itu, lho."

Sebenarnya, bukan hanya Arab Saudi yang menyambut gegap gempita Trump, melainkan juga beberapa negara Teluk, seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Mereka melihat sikap Trump lebih tegas dibandingkan dengan Obama. Pengusaha Arab Saudi, Ahmed Alibrahim, mengatakan, delapan tahun Arab Saudi menderita karena Obama tak bersikap tegas kepada Iran.

Kehadiran Trump di kawasan akan memicu ketegangan baru di kawasan. Tak hanya karena persaingan Arab Saudi dan Iran, tetapi juga keterlibatan Rusia dan AS yang makin mendalam.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Trump dan Timur Tengah".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger