Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 23 Mei 2017

Jalan Leuwinanggung//Sampah Bertumpuk//Uang Tak Kembali//SPPD Fiktif//Toilet di Stasiun (Surat Pembaca Kompas)

Jalan Leuwinanggung

Sepanjang 2017, saya sehari-hari selalu melewati Jalan Leuwinanggung, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Jalan tersebut sangat parah kerusakannya. Kondisi cuaca saat ini, yang masih terus hujan lebat, memperparah kerusakan. Kerusakan dari Gerbang Tol Cimanggis-Cikeas sampai Perumahan Bukit Golf Riverside.

Pada Februari 2017 sempat muncul harapan akan ada perbaikan dari pemerintah setempat. Di pinggir jalan sudah ditumpuk batu kali, aspal, dan tersedia alat berat. Akan tetapi, entah kenapa material dan alat berat tersebut hilang entah ke mana. Perbaikan jalan pun tidak terlaksana.

Pada tahun sebelumnya, 2016, perbaikan sudah sering di kerjakan, tetapi tambal sulam. Akibatnya, bila musim hujan tiba jalan tersebut dengan mudah kembali rusak. Bisa jadi karena bahan baku yang digunakan sangat jelek atau mungkin pengerjaannya yang tidak baik.

Saya berharap Pemerintah Kabupaten Bogor dan Provinsi Jawa Barat segera memperbaiki kondisi jalan yang sudah lama rusak ini sehingga warga sekitar akan nyaman bila melewati Jalan Leuwinanggung tersebut atau sebaliknya.

CHAS YUGO FITRA, KRAMAT JATI, JAKARTA TIMUR

Sampah Bertumpuk

Sampah sampai saat ini masih masalah di Indonesia di antaranya sampah yang ditumpuk begitu saja di depan Dinas Pendidikan Kabupaten Garut. Setiap pagi, saat saya melewati kawasan tersebut, tercium bau tak sedap. Menjelang sore, barulah petugas kebersihan mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir.

Meski tidak permanen, tumpukan sampah itu mengganggu pemandangan dan kenyamanan. Padahal, Garut merupakan kota yang dijuluki oleh Presiden Indonesia Soekarno sebagai "kota intan".

Saya mengusulkan agar pemerintah membuat tempat penampungan sampah yang layak dan tidak dibiarkan menumpuk begitu saja karena mengganggu para pengguna jalan yang melintasi jalan tersebut.

ACEP ABDUL MU'MIN, MAHASISWA JURNALISTIK UNIVERSITAS GARUT,JL RAYA SAMARANG, GARUT

Uang Tak Kembali

Setelah membayar lunas belanja via transfer rekening di Lazada, pesanan saya langsung dibatalkan sepihak oleh Lazada tanpa tahu sebabnya. Ini sudah ketiga kalinya terjadi.

Yang lebih menjengkelkan lagi, dana tidak otomatis kembali ke rekening atau saldo belanja. Saya harus membuat laporan ke semua layanan Lazada, diminta mengisi data, mengirim fotokopi buku tabungan, dan fotokopi bukti transfer.

Itu pun belum cukup. Saya masih harus bertanya terus-menerus dan mereka meminta data seperti semula lagi. Laporan saya dioper-oper dan dipersulit sampai berbulan-bulan. Terakhir pihak Lazada mengatakan rekening saya tidak ditemukan. Padahal, fotokopi buku tabungan dan bukti transfer jelas.

Mungkinkah ini cara baru mereka mencari uang?

RITA INDRIANI, JATIPULO, PALMERAH, JAKARTA BARAT

SPPD Fiktif

Kejaksaan Negeri Pangkal Pinang, Bangka Belitung, lambat mengusut kasus dugaan surat perintah perjalanan dinas (SPPD) fiktif dan menjerat 13 anggota DPRD Pangkal Pinang.

Haruskah menghabiskan dana ratusan juta rupiah untuk studi banding ke suatu daerah, dengan pertemuan 2-4 jam saja, sementara waktu dinas luar kota sampai tiga hari? Bahkan, kabarnya ada saja yang titip nama, tak hadir dalam studi banding. Studi banding ini juga berlangsung hampir setiap minggu.

Fenomena di atas mengukuhkan teori "korupsi biasanya tidak dilakukan sendirian". Banyak pihak terlibat dan mereka saling mengunci agar aman. Mengingat kasus ini sudah cukup lama bergulir, saya meminta Kejaksaan Negeri Pangkal Pinang sesegera mungkin memeriksa 13 oknum anggota dewan tersebut.

W MUHAMMAD, JL KEJAKSAAN, PANGKAL PINANG

Toilet di Stasiun

Saya sering naik kereta api ke Solo dan senang dengan kondisi stasiun-stasiun yang bersih, rapi, serta jam berangkat dan kedatangan kereta yang relatif tepat.

Namun, ada kekurangan sedikit di Stasiun Solo Balapan, hanya ada satu toilet. Lebih repot lagi, letaknya tersembunyi, menjadi satu dengan mushala di sisi bagian utara stasiun. Sementara penumpang kereta turun dengan tangga besi ke arah selatan.

Kalau mau ke toilet kami harus menunggu kereta pergi, baru menyeberang ke utara. Bisa dibayangkan repotnya kalau ada anak kecil dan banyak bawaan.

Ini juga merepotkan calon penumpang yang antre tiket atau pengantar penumpang di lobi stasiun. Untuk ke toilet, mereka harus masuk peron dengan meninggalkan KTP pada petugas dan melintasi lima jalur kereta.

ROCHHADI, KOMPLEKS MEGAPOLITAN, LIMO, DEPOK 16515

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Pembaca".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger