Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 26 Mei 2017

TAJUK RENCANA: Inggris Kembali Berduka (Kompas)

Dunia dikejutkan oleh serangan teror di Manchester yang menewaskan sedikitnya 22 remaja dan anak-anak yang menyaksikan pertunjukan Ariana Grande.

Kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dan menyebut Salman Abedi (22), sang pelaku bom bunuh diri, sebagai "tentara" mereka.

Serangan teror ini hanya terjadi sekitar dua bulan setelah seorang pengendara menabrakkan mobilnya ke kerumunan orang di jembatan Westminster, London, yang menewaskan tiga pejalan kaki dan seorang polisi. Penyidikan yang berlangsung saat ini menunjukkan bahwa Salman Abedi tidak bekerja sendirian dan strategi penyerangannya ternyata lebih canggih dari yang diduga. Kekhawatiran utamanya adalah jika ada kemungkinan peledakan selanjutnya dan menyasar kerumunan.

Serangan teror ini juga terjadi hanya sekitar dua pekan menjelang pemilihan umum Inggris tanggal 8 Juni 2017, di mana partai berkuasa Konservatif masih unggul dibandingkan dengan Partai Buruh. Namun, keunggulan Partai Konservatif terus tergerus akibat manifesto Konservatif yang tidak prorakyat.

Setelah serangan teror, kedua partai sepakat untuk menghentikan kampanye sementara. Namun, ketika sebuah negara menghadapi sebuah bencana nasional, bagaimanapun partai yang berkuasa akan "diuntungkan" karena PM Theresa May akan lebih berpeluang menunjukkan kekuatannya sebagai pemimpin.

Kubu Konservatif juga berharap serangan ini akan membuat rakyat condong memilih kebijakan yang lebih "keras" dalam hal keamanan. Isu ini menjadi kekuatan kampanye Konservatif yang terus menekankan pentingnya Inggris menjaga kedaulatan di perbatasan dan menekan laju imigrasi.

Namun, publik Inggris tampaknya lebih "realistis" dalam menghadapi isu terorisme. Dalam jajak pendapat April lalu, 84 persen warga Inggris meyakini bahwa serangan terhadap salah satu kota besar di negara mereka mungkin terjadi. Lebih dari separuh responden menyebutkan bahwa Pemerintah Inggris telah melakukan pengamanan sesuai yang diharapkan.

Serangan teror di Manchester, diikuti keesokan harinya oleh serangan bom bunuh diri di Jakarta pada Rabu (24/5) malam, menunjukkan bahwa perang melawan terorisme global harus terus digalang. Komitmen ini akan diperkuat dalam pertemuan NATO di Brussels dan G-7 di Sicilia pekan ini, serta G-20 di Hamburg bulan Juli, yang juga diikuti Indonesia.

Bagi Inggris yang sedang bersiap melakukan negosiasi resmi dengan Uni Eropa, peran di NATO dan G-7 akan menjadi senjata penting untuk mempertahankan posisi negeri itu dalam peta keamanan dunia pasca-Brexit.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Inggris Kembali Berduka".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger