Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 03 Juni 2017

Rasa Tebu Tak Manis Lagi//Tanggapan Jasa Marga//Waspadai Iklan (Surat Pembaca Kompas)

Rasa Tebu Tak Manis Lagi

Sebagai mantan pelaku agribisnis skala besar—berlokasi di Lampung Tengah, bertetangga dengan Pabrik Gula Gunung Madu dan Pabrik Gula Putih Mataram—saya ingin menanggapi tulisan di harian Kompas, Senin (15/5).

Konsumsi gula di Indonesia memang meningkat dan produksi gula lokal tidak dapat memenuhi. Karena itu, perlu impor gula yang setiap tahun meningkat seiring kebutuhan, baik untuk industri makanan maupun konsumsi langsung.

Untuk mengatasi hal itu, saatnya untuk swasembada: meningkatkan produksi gula dengan cara memperluas areal tanam dan mendirikan pabrik gula, terutama di luar Jawa. Jadi, merehabilitasi mesin-mesin pabrik gula di Jawa tidak ada gunanya kalau tak ada areal tanamnya.

Perlu penelitian tebu intensif untuk menciptakan varietas tebu dengan rendemen gula tinggi (lebih dari 12 persen) dan produksi yang besar (lebih dari 60-70 ton tebu hektar). Saat ini areal penanaman tebu berpusat di Jawa, sebagian kecil di Sumsel dan Lampung. Namun, areal tebu yang dulu seluas sekitar 140.000 ha kini sudah banyak beralih menjadi ladang singkong yang lebih menguntungkan petani.

Jangan bermain di Jawa yang lahannya sangat sempit dan memaksakan pabrik gula yang berumur di atas 80 tahun beroperasi. Memang pabrik-pabrik gula di Jawa pernah mengekspor gula hingga 3,6 juta ton, tetapi itu dulu, zaman VOC, ketika lahan masih luas dan penduduk sedikit. Jadi, penderitaan petani tebu di Jawa terjadi karena kesalahan kebijakan pemerintah yang memaksa petani menanam tebu agar pabrik-pabrik gula tua tetap beroperasi.

Pemerintah harus berani memutus mata rantai dengan mengarahkan peningkatan produksi gula keluar Jawa. Memang mendirikan pabrik gula itu investasi cukup besar. Untuk pabrik berkapasitas giling 10.000 ton tebu hari, investasi bisa mencapai 200 juta dollar AS. Namun, ini bisa diatasi dengan mengundang investor asing dengan kemudahan-kemudahan, seperti tax holiday, konsistensi peraturan, dan kondisi sosial ekonomi yang kondusif.

Kita bisa melihat negara-negara ASEAN, seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam yang sudah sangat jauh meninggalkan kita. Misalnya, dengan beternak ikan air tawar di sepanjang Sungai Mekong, mereka bisa memperoleh 6-7 miliar dollar AS dari ekspor fillet ikan nila dan patin.

Produksi kopi di Vietnam mencapai 920.000 ton tahun, sementara di seluruh Indonesia hanya 450.000 ton tahun. Padahal, negara kita cukup subur dan jauh lebih luas.

KUSUMO SUBAGIO

Jl Kemandoran Raya, Grogol Utara, Jakarta Selatan

Tanggapan Jasa Marga

Menanggapi surat pembaca "Tarif Tol Naik" dari Saudara Rusnadi, (Kompas,9/4), kami berterima kasih atas masukan saudara dan mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.

Mengenai pemberlakuan tarif baru akibat integrasi Jalan Tol Jakarta-Tangerang-Merak, hal ini untuk meningkatkan pelayanan. Agar kepadatan ruas Tol Jakarta-Tangerang—khususnya segmen simpang susun Tomang-Tangerang Barat-Cikupa—berkurang, transaksi di Gerbang Tol Karang Tengah ditiadakan.

Pemberlakuan integrasi pada Jalan Tol Jakarta-Tangerang dan Tangerang-Merak segmen simpang susun Tomang-Tangerang Barat-Cikupa memerlukan perubahan mekanisme transaksi tol yang berdampak penyesuaian tarif untuk segmen tersebut.

DWIMAWAN HERU S

AVP Corporate Communication, PT Jasa Marga (Persero) Tbk

Waspadai Iklan

Iklan yang membuat orang merasa beruntung, seperti dimuat Kompas, Senin (15/5), halaman 11, selalu muncul tiap tahun. Saya ingat itu pada 2015, 2016, dan 2017. Saya dan anak ikut tertipu. Padahal, untuk menjadi pemenang ia harus beli barang pengiklan.

Setelah persyaratan dipenuhi, si pengiklan menghilang. Nomor layanan pelanggan 0804-140- 1028 jadi bisu dan tidak ada respons dari PO Box 6688 Slipi.

Secara matematis, angka keberuntungan 115 (tahun 2015), 116 (2016), dan 117 (2017) membuat semua orang mendapatkan angka itu bila menjumlahkan 2 angka terakhir tahun kelahiran ditambah umur. Bayangkan berapa juta orang yang merasa beruntung.

ATI SRI DURIAT HJ

Jl Hortikultura, Jaya Giri, Lembang, Bandung

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Juni 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger