Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 28 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Trump Tidak Dipercayai Dunia (Kompas)

Presiden AS Donald Trump, yang belum genap setahun menjabat sebagai orang nomor satu di AS sudah menuai hasil omongan dan tindakannya.

Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Pew Research Center, lebih dari dua-pertiga dunia kurang atau tidak percaya pada kepemimpinan global Donald Trump. Mereka juga tidak percaya pada kebijakan-kebijakannya. Bahkan, menurut jajak pendapat itu, Trump adalah presiden pertama AS yang paling cepat kehilangan kepercayaan dari negara-negara sekutu AS di Eropa. Hanya di Rusia dan Israel, Trump mendapat kepercayaan.

Trump, juga kalah populer—menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Politico/Morning Consult, dibandingkan istrinya, Melania, dan anaknya, Ivanka Trump. Melania mendapat dukungan 47 persen; Ivanka lebih tinggi, yakni 49 persen. Di banyak negara, dukungan terhadap Trump bahkan di bawah dukungan dunia kepada George Bush pada 2004 setelah invasi ke Irak. Secara global, dua pertiga responden melukiskan Trump sebagai sosok yang "arogan, berbahaya, dan tidak toleran".

Jajak pendapat tersebut dilakukan di 37 negara. Hampir tiga perempat (74 persen) responden kurang atau tidak percaya pada pemimpin AS dari Partai Republik yang kini berusia 71 itu. Padahal, Barack Obama pada tahun-tahun terakhir masa kepemimpinannya masih mendapat kepercayaan dunia, 64 persen.

Akan tetapi, para pendukungnya mengatakan, kebijakan "America First", menomorsatukan Amerika, tidak pernah dimaksudkan untuk membuatnya populer secara global. Pernyataan para pendukungnya itu tidak sesuai dengan kenyataan. Saat ini, popularitas Trump hanya berada pada angka 36 persen. Ini menjadikan dia sebagai presiden paling tidak populer dalam sejarah modern AS. Mayoritas rakyat AS masih menghendaki agar AS memainkan peran aktif, peran yang bertanggung jawab di panggung global.

Hasil jajak pendapat tersebut sedikit banyak bisa memperkuat pertanyaan umum apakah seorang pebisnis mampu menjalankan tugas kenegaraan. Apakah keterampilan manajemen bisa dikonversi menjadi state-craftmanship?

Satu hal yang pasti: keterampilan bisnis tidak sama dengan keterampilan mengurus negeri dan negara. Seorang pebisnis sudah terbiasa mengambil keputusan secara cepat, demi keuntungan. Sementara seorang negarawan mengambil keputusan untuk—istilah kerennya, salum publicum—keselamatan umum, rakyat. Oleh karena itu, harus mempertimbangkan banyak hal, antara lain keseimbangan yang pas antara kekuasaan penekan, kekuatan koersif, dan daya tawar demokratik yang tidak ada dalam bisnis.

Melihat apa yang terjadi, sejak kampanye hingga setelah disumpah jadi presiden dan menjalankan tugas kepresidenan, sepertinya Trump tidak memiliki kemampuan seperti itu. Dia lebih sebagai pebisnis bukan presiden.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Trump Tidak Dipercayai Dunia".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger