Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 26 Juli 2017

483 Etnik dan 719 Bahasa//Halte Transjakarta di Kebon Jeruk//Tunjangan Profesi Guru Tidak Cair//Pro-Kontra Novanto (Surat Kepada Redaksi Kompas)

483 Etnik dan 719 Bahasa

Keragaman (483) etnik dan (719) bahasa di Indonesia merupakan kristalisasi empat gelombang migrasi leluhur manusia Indonesia sejak 50.000 tahun lalu. Demikian rangkuman penjelasan Herawati Sudoyo, profesor genetika Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (Kompas, 16/7).

Fakta genetika itu sangat layak dijadikan pijakan kuat oleh dan bagi Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) dalam mempertahankan dan mengembangkan kebinekaan Indonesia. Begitu pula, asal usul genetis Indonesia seharusnya jadi pengetahuan umum bangsa Indonesia sejak pendidikan anak usia dini agar kita lekas menghapus mitos dikotomi kronis pembodohan publik berupa kategori pribumi dan nonpribumi di bumi pertiwi.

Penghapusan mitos itu sangat membantu untuk mengubah pola pikir dasar yang masih memenjarakan cara bernalar sebagian kelompok bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah revolusi mental yang sangat diharapkan.

Kenyataan lain dari keragaman etnik dan bahasa ialah jumlah etnik tidak berbanding lurus dengan jumlah bahasa. Tidak bisa disimpulkan: karena ada 483 etnik, maka ada 483 bahasa. Ini menimbulkan pertanyaan, etnik mana saja yang memiliki lebih dari satu bahasa? Mengapa etnik tertentu memiliki lebih dari satu bahasa? Apakah inventarisasi dan penghitungan 719 bahasa itu sudah benar berdasarkan metode ilmiah yang sudah teruji/diverifikasi?

Selama ini, masyarakat awam belum tahu dan dapat informasi lengkap dan benar dalam suatu daftar ke-483 etnik dan kaitannya dengan ke-719 bahasa disertai persebaran lokasinya itu. Kiranya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyosialisasikan data etnik dan bahasa secara lengkap, baik melalui media cetak maupun elektronik, agar dapat jadi pengetahuan umum dan dasar segenap rakyat Indonesia. Kita tak cukup tahu jumlah, tapi juga nama etnik, bahasa, dan persebarannya.

WIM K LIYONO

Jalan Surya Barat, Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Halte Transjakarta di Kebon Jeruk

Kami menyambut baik penye- baran bus transjakarta hingga ke kota-kota sekitar, seperti wilayah Tangerang. Meskipun tingkat kepuasan pengguna masih jauh dari harapan, transjakarta sudah jadi alternatif. Semoga semakin hari semakin dibenahi, misalnya dengan menambah trayek, seperti Karawaci/Perumnas-Grogol, Senen, Blok M, dan lain-lain.

Saya usul agar transjakarta membangun halte di Kebon Jeruk dan/atau kawasan beristirahat Karang Tengah supaya penumpang bisa transit tanpa harus membayar lagi.

H PANJAITAN

Jl Mawar, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten

Tunjangan Profesi Guru Tidak Cair

Saya, P Slamet Widodo, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP swasta BPK Penabur Tasikmalaya dengan NUPTK 2863739640200012. Tunjangan profesi sebagai guru selama enam bulan (Januari-Juni 2017) tidak cair, padahal kewajiban saya mengajar telah terpenuhi seperti pada semester-1 2016/2017.

P SLAMET WIDODO

TASIKMALAYA, JAWA BARAT

Pro-Kontra Novanto

Sehubungan dengan berita Kompas(19/7), "Kedepankan Etika Politik", ingin saya sampaikan logika sederhana sebagai wong cilik: perlu-tidaknya Setya Novanto mundur terpulang kepada seluruh anggota DPR.

Kalau tidak ingin "DPR" dipelesetkan menjadi "Dewan Perwakilan Rampok", tentu Novanto sendiri dari unsur pemimpin DPR harus legawa.

Wahai anggota DPR, sebagai unsur orang terhormat dalam lembaga tinggi negara dengan menggunakan asas kepatutan dan kepantasan, maukah saudara dipimpin tersangka korupsi?

Partai Golkar menyatakan bahwa dengan menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah, masih tetap mempertahankan Novanto sebagai ketua umumnya.

Akhirnya, saya sampaikan, saya sebagai orang awam dari unsur rakyat jelata, yang kemarin ikut memilih Bapak/Ibu sampai menjadi anggota legislator, tidak ingin dan tidak sudi parlemen kita dipimpin tersangka korupsi.

IMAN SISWADI

Tegalwangi, Kecamatan Talang. Kabupaten Tegal, Jawa Tengah

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Juli 2017, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger