Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 12 Agustus 2017

Integrasi Ekonomi ASEAN (YOSE RIZAL DAMURI)

Tanggal 8 Agustus, 10 negara Asia Tenggara akan memperingati 50 tahun berdirinya Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal sebagai ASEAN. Lima puluh tahun lalu mungkin tidak ada yang membayangkan bahwa ASEAN akan menjadi seperti sekarang.

Perhimpunan ini tidak hanya telah berhasil menciptakan stabilitas politik dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga telah menjadikan kawasan ini salah satu pusat perekonomian dunia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui integrasi ekonomi.

Integrasi ekonomi kawasan

Meskipun Deklarasi Bangkok menyebutkan tujuan ASEAN adalah untuk meningkatkan perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya, sebenarnya tujuan utama pembentukan ASEAN didorong motivasi politik dan strategis. Eskalasi Perang Dingin yang memuncak pada 1960-an dan ketakutan terjadi efek domino komunisme di Asia Tenggara membuat lima negara di Asia Tenggara bersepakat memperkuat kerja sama di antara mereka.

Fokus dari kerja sama tersebut adalah penciptaan stabilitas dan perdamaian di kawasan. Baru setelah ASEAN berjalan selama sembilan tahun, negara-negara ini sepakat memulai kerja sama dalam bidang ekonomi. Dalam 25 tahun pertama, ASEAN bahkan menghindari kata "integrasi" dan lebih memilih menggunakan kata "kerja sama", terutama di bidang ekonomi. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan ekonomi negara-negara anggota yang saat itu lebih memilih kebijakan substitusi impor.

Akan tetapi, berakhirnya Perang Dingin di awal 1990-an membuat ASEAN lebih memperhatikan aspek ekonomi dan mulai memikirkan integrasi kawasan. Kawasan perdagangan bebas yang sebelumnya merupakan hal tabu untuk dibicarakan, bahkan jadi agenda utama sejak 1993. Integrasi ekonomi terus diperdalam dan diperluas yang berkulminasi pada 2015 dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Saat ini integrasi ekonomi bahkan dianggap sebagai salah satu keberhasilan utama ASEAN. Proporsi perdagangan antara negara-negara ini meningkat dari 16 persen menjadi 25 persen dalam waktu 30 tahun belakangan. Perdagangan dengan negara lain juga meningkat delapan kali lipat. Investasi asing meningkat rata-rata sebesar 9 persen setiap tahunnya.

Sekitar 8 persen dari investasi asing dunia berada di ASEAN, dibandingkan hanya 3,5 persen pada 1990. Hal ini menjadikan ekonomi kawasan Asia Tenggara dapat tumbuh lebih dari 5 persen per tahun dan berhasil mengangkat 150 juta penduduknya dari kemiskinan.

Masa depan integrasi

Ada banyak hal yang membuat integrasi ekonomi berhasil dilakukan. Sejak awal 1980-an, ASEAN telah jadi kawasan tujuan perpindahan produksi dari beberapa negara maju dan industri baru, seperti Jepang, Korea, dan Taiwan. Jaringan produksi regional telah tumbuh sebelumnya dan makin berkembang dengan kesepakatan Zona Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA). Situasi dunia yang kondusif dengan pertumbuhan perdagangan dan ekonomi yang kuat, serta suksesnya kesepakatan perdagangan multilateral, membuat inisiatif ekonomi ASEAN dapat langsung membuahkan hasil.

Akan tetapi, apakah situasi yang mendukung tersebut akan terus berlanjut? Situasi dunia saat ini sedang mengalami perubahan sehingga tantangan bagi ASEAN juga menjadi semakin besar.

Kecenderungan proteksionisme yang meningkat di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, membuat risiko terjadi perang dagang menjadi semakin besar. Perdagangan dunia saat ini tumbuh lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Saat itu perdagangan dapat tumbuh dua kali lipat daripada pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, saat ini dunia memasuki perubahan teknologi yang semakin pesat dengan berbagai implikasinya terhadap aktivitas ekonomi. Ekonomi digital telah dan akan terus mengubah cara orang melakukan transaksi. Berbagai jenis jasa yang sebelumnya hanya dapat melayani pasar domestik, kini dapat diekspor ataupun diimpor. ASEAN harus dapat mengubah paradigma dan parameter mereka dalam melihat integrasi ekonomi. Berbagai kesepakatan dalam bidang jasa dan ekonomi digital harus mendapatkan perhatian lebih dalam tahap integrasi selanjutnya.

Selain itu ada tantangan demografi. Meskipun Indonesia, Filipina, dan Myanmar masih akan menikmati bonus demografi hingga belasan tahun lagi, jumlah penduduk berusia tua terus mengalami peningkatan. Kebijakan di tingkat nasional adalah jawaban dalam mengantisipasi permasalahan ini. Akan tetapi, kerja sama di tingkat regional dapat membantu. Salah satunya adalah dengan membuka pembicaraan mengenai pergerakan tenaga kerja secara lebih aktif, termasuk untuk pekerja semi-terampil.

Pentingnya integrasi

mendalam

Berbagai tantangan di atas menunjukkan bahwa integrasi ekonomi ASEAN menjadi semakin diperlukan. Studi dari Productivity Commission Australia (2017) menunjukkan bahwa negara-negara ASEAN dan Asia Timur dapat mengalami kerugian hingga 9 persen dari produk domestik bruto (PDB) mereka jika ikut di dalam arus proteksionisme. Sementara jika mereka terus melakukan integrasi lebih mendalam, ada manfaat hingga 3,5 persen PDB yang dapat diraih.

Berbeda dengan Uni Eropa yang menekankan aspek legal dan institusi, integrasi di ASEAN lebih menekankan pada prinsip kebersamaan dan fleksibilitas antar-anggotanya. Ini adalah kunci keberhasilan integrasi ekonomi di Asia Tenggara di masa lalu. Namun, ke depan, aspek integrasi ekonomi yang diperlukan bukan lagi hal yang mudah untuk dilakukan. Dukungan politik, legalitas, dan institusi yang lebih kuat di ASEAN akan jadi kunci keberhasilan di masa mendatang.

ASEAN juga menjadi semakin penting bagi Indonesia. Melalui ASEAN, Indonesia dapat mempunyai kesepakatan regional dengan posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan jika Indonesia melakukan berbagai kesepakatan bilateral dengan negara-negara mitra dagangnya. Negara-negara ASEAN juga dapat menjadi perluasan bagi basis produksi manufaktur dan jasa Indonesia, selain menjadi sumber material dan input bagi aktivitas perekonomian dalam negeri.

Komposisi demografi yang menua dari beberapa negara ASEAN juga membuka kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia untuk dapat melakukan aktivitas di negara lain. Untuk itu, Indonesia harus mendorong pembicaraan mengenai perlindungan tenaga kerja migran di tingkat ASEAN, bahkan mendorong kesepakatan lebih mendalam mengenai lalu lintas internasional tenaga kerja, terutama untuk tenaga kerja kategori semi dan kurang terampil.

Indonesia harus dapat kembali menjadi pemimpin ASEAN seperti yang dilakukan di masa lalu. Tanpa perekonomian kawasan yang kuat, Indonesia akan semakin sulit mewujudkan cita-cita menjadi negara maju di tahun 2045 mendatang.

YOSE RIZAL DAMURI

Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Integrasi Ekonomi ASEAN".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger