Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 12 Agustus 2017

Waspadai Kembalinya Flu Babi (SOEHARSONO)

Dalam beberapa minggu terakhir, penyakit flu babi mewabah di Myanmar. Radio Free Asia mewartakan informasi dari Deputi Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dan Olahraga Than Tun Aung bahwa sampai 31 Juli 2017, 213 orang telah dicurigai terserang, 62  diteguhkan laboratorium, 10 di antaranya  meninggal.

Kematian umumnya terjadi pada orang dewasa. Penyebab penyakit telah diidentifikasi sebagai virus influenza tipe A, dengan subtipe H1N1.

Dalam sejarah penyakit, virus H1N1 pernah menimbulkan pandemi flu Spanyol (1918) dengan kematian berkisar 20-30 juta orang di sejumlah negara. Jumlah ini melebihi angka kematian Perang Dunia I yang ditaksir mencapai 19 juta. Di Amerika Serikat saja kematian akibat flu Spanyol mencapai 670.000 jiwa.

Virus H1N1 yang saat ini menyerang merupakan varian baru H1N1 yang pernah menimbulkan flu Asia (2009), dengan jumlah kasus 456 orang di Myanmar.

Meskipun dinamai flu babi dan virus penyebabnya ada di dalam tubuh babi, tidak ada laporan kematian babi dalam jumlah besar. Artinya, babi relatif tahan terhadap infeksi virus H1N1. Hal ini berbeda dengan flu burung H5N1 yang menimbulkan kematian ratusan ribu unggas di Indonesia (2003).

Flu burung H5N1 juga terjadi di beberapa negara Asia lain, termasuk Myanmar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, antara  tahun 2003 dan 2016 kematian manusia akibat flu burung terbanyak terjadi di Indonesia (167), disusul Vietnam (64), Kamboja (37), dan Tiongkok (31). Bagaimana kita menyikapi wabah flu babi di Myanmar?

Flu babi

Pada 2009 terjadi pandemi flu Asia yang dikenal juga dengan flu babi, dengan penyebab virus influenza H1N1. Dalam pandemi ini tercatat 394.133 kasus, dengan kematian 3.787 orang (case fatality rate 0,96%), di 43 negara.

Negara dengan jumlah kematian di atas 50 adalah India (1.035), China (737), Turki (415), Thailand (192), dan Korea Selatan (170), Iran (147), Suriah (127), Arab Saudi (124), Jepang (107), Rusia (106), Israel (81), Malaysia (77), serta Hongkong (55) dan Vietnam (53).

Negara lain yang tertular adalah Irak, Sri Lanka, Taiwan, Oman, Filipina, Kuwait, Mongolia, Jordania, Afganistan, Pakistan, Indonesia, Qatar, Bahrain, Banglades, Uni Emirat Arab, Kamboja, Lebanon, Armenia, Nepal, Azerbaijan, Brunei, Siprus, Laos, Maladewa, Myanmar, Kirgistan, Butan, Timor-Leste, dan Tajikistan.

Sampai 26 Juli 2009 ditemukan 343  kasus flu babi di Indonesia. Seorang anak perempuan umur 6 tahun yang dilaporkan meninggal di Jakarta, 22 Juli 2009, merupakan kematian pertama yang dikaitkan dengan flu babi.

Hewan babi memang unik karena mempunyai dua macam reseptor, yakni alpha 2,3 sialic acid yang biasa terdapat pada saluran pernapasan unggas dan reseptor alpha 2,6 sialic acid yang dimiliki manusia. Reseptor adalah lokasi di mana virus menempel ketika masuk dalam tubuh. Karena mempunyai dua macam reseptor, virus influenza asal unggas dan asal manusia dapat sekaligus masuk ke saluran pernapasan babi.

Di dalam tubuh babi, kedua macam virus ini dapat saling bertukar antigen H dan N. Antigen H ada 16, sedangkan N ada 9. Karena sifatnya itu, babi disebut sebagaimixing vessel (alat pengaduk) virus sehingga muncul virus influenza baru.

Di dalam tubuh babi, virus influenza terus bermutasi. Hal ini menyulitkan bagi para ahli untuk membuat vaksin penangkal flu babi. Ketika virus H1N1 menular dari babi ke manusia, lalu menular antarmanusia.

Menilik lambatnya penularan yang ada di Myanmar saat ini, diprediksi keganasan virus H1N1 lebih rendah dibandingkan dengan H1N1 wabah 2009. Meskipun demikian, virus ini bisa juga berubah menjadi lebih ganas. Oleh karena itu perlu dicermati perkembangan flu babi yang ada di Myanmar.

Rute penularan

Bagaimana flu babi varian baru dari Myanmar sampai Indonesia? Kemungkinan masuknya flu babi dari Myanmar ke Indonesia lewat  babi hampir tidak mungkin karena tidak ada impor babi hidup dari Myanmar.

Meskipun demikian, mobilitas orang yang begitu cepat memungkinkan orang dari Yangon, dalam masa inkubasi atau dalam kondisi subklinis flu babi, bisa sampai di Indonesia, dalam beberapa jam saja. Orang seperti ini bisa menjadi sumber penular.

Kita tidak perlu panik dengan keadaan yang terjadi di Myanmar. Perilaku hidup sehat seperti rajin cuci tangan setelah bepergian  dan memakai masker di tempat umum dapat mengurangi risiko penularan. Secara umum, virus influenza relatif mudah mati apabila berada di luar tubuh hewan ataupun manusia.

Pemerintah telah menyiapkan sejumlah rumah sakit khusus yang menangani penyakit menular seperti flu babi yang tersebar di sejumlah kota. Deteksi dini dan isolasi penderita akan mengurangi penularan penyakit.

 SOEHARSONO

Mantan Penyidik Penyakit Hewan, Domisili Denpasar

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Waspadai Kembalinya Flu Babi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger