Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 14 Agustus 2017

TAJUK RENCANA: China Perlu Lebih Aktif (Kompas)

Hawa ketegangan semakin terasa di kawasan Semenanjung Korea dan sekitarnya sebagai buntut dari perang kata-kata antara Korea Utara dan AS.

Informasi terakhir yang beredar adalah dua negara tetangga Korea Utara (Korut), yakni Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan, termasuk kemungkinan paling buruk. Ibarat pepatah lama dalam bahasa Latin, Si vis pacempara bellum. Jika engkau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang, itulah yang dilakukan Jepang pada saat ini.

Negara tetangga Korut di sebelah timur itu sudah memasang sistem pertahanan rudal Patriot. Mereka juga mempersiapkan kapal perusak jenis Aegis. Pasukan Bela Diri Jepang telah pula disiagakan di perairan Laut Jepang atau Laut Timur.

Sementara Korsel terus menggembleng diri dengan melakukan latihan militer bersama AS, yang tak pelak lagi justru meningkatkan kecurigaan Korut dan ketegangan di kawasan. Latihan militer-yang sejak lama diprotes Korut-itu melibatkan puluhan ribu tentara AS dan Korsel di darat, laut, dan udara.

Korut juga tidak kalah dalam mempersiapkan diri. Menurut berita yang tersiar, para relawan-yang terdiri dari para pekerja, anggota partai, dan tentara-berjumlah 3,5 juta orang. Mereka siaga untuk bertempur melawan AS. Apakah mereka, terutama para pekerja, benar-benar relawan murni atau dikerahkan, tidak ada yang tahu pasti. Akan tetapi, apabila berita tersebut benar, hal tersebut memberikan gambaran betapa seriusnya situasi saat ini.

Perang kata-kata antara Presiden AS Donald Trump dan media Korut tidak hanya memperkeruh suasana, tetapi juga membuat frustrasi berbagai pihak yang berusaha mengusahakan perdamaian. Jika pemimpin AS tidak mampu menahan diri dan mengumbar pernyataan-pernyataan keras, hal itu hanya akan menambah keruh dan ketegangan. Bukan mustahil, hal yang tidak diinginkan bisa terjadi. Sebab, Korut juga dipimpin sosok yang sukar ditebak kehendaknya serta masih berusaha mencari nama dan lepas dari bayang-bayang para pendahulunya.

Untuk mencegah situasi bertambah buruh serta ketegangan menjadi-jadi dan bereskalasi, tidak ada cara lain kecuali mendesak China-negara paling dekat dan dipercaya Korut-segera bertindak. Beijing selama ini menjadi pendukung utama-baik politik maupun ekonomi-Korut. Karena itu, suaranya pasti akan didengarkan. Hanya Beijing yang bisa mendesak AS dan Korut menahan diri dan mengendurkan ketegangan kemudian duduk bersama mencari solusi damai.

Jila situasi bertambah buruk, mungkin China memperoleh keuntungan. Namun, China memiliki peran yang lebih mulia, yakni mencegah terjadinya perang.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "China Perlu Lebih Aktif".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger