Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 10 Agustus 2017

TAJUK RENCANA: Menjaga Peran Aktif di ASEAN (Kompas)

Sebagai salah satu negara pendiri ASEAN, Indonesia berperan penting membangun perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara ini.

Sejak didirikan pada 8 Agustus 1967, 50 tahun lalu, pencapaian terbesar ASEAN yang patut dicatat ialah menjaga dan memelihara perdamaian dan stabilitas di kawasan. Sengketa antarnegara anggota dapat diselesaikan dengan damai, baik dengan mediasi ASEAN, secara bilateral, maupun dengan bantuan Mahkamah Internasional.

Perdamaian dan stabilitas keamanan ini menjadi dasar yang kuat bagi pembangunan ekonomi dan sosial. Hasilnya terlihat, produk domestik bruto ASEAN pada 2016 mencapai 2,55 triliun dollar AS, menjadikan ASEAN sebagai kekuatan ekonomi terbesar keenam di dunia dan terbesar ketiga di Asia.

Perekonomian ini terus bertumbuh, mencapai 4,8 persen pada 2016, setelah bertumbuh rata-rata 5,2 persen pada periode 2007-2015. ASEAN pun menjadi magnet bagi negara maju yang berlomba-lomba untuk bekerja sama, apalagi mengingat populasi ASEAN yang mencapai 620 juta orang, sebuah pasar potensial.

Sebagai negara dengan populasi dan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia secara tradisional dipandang sebagai pemimpin ASEAN. Indonesia membuktikan peran ini dengan sejumlah inisiatif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas keamanan kawasan, termasuk misalnya menggelar Jakarta Informal Meeting untuk menyelesaikan masalah Kamboja tahun 1988.

Inisiatif seperti itu pun masih terlihat, seperti mendorong ASEAN mengeluarkan pernyataan bersama dan menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden yang terjadi di kompleks Masjid Al-Aqsa, di Kota Tua Jerusalem, di akhir Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Manila, akhir pekan lalu.

Belakangan sejumlah kritik menyebutkan, Indonesia kini lebih sibuk dengan urusan dalam negeri dan tidak lagi menunjukkan sebagai pemimpin ASEAN. Kritik itu perlu mendapat perhatian, di saat ASEAN menghadapi masalah sengketa wilayah di Laut China Selatan dan tarik-menarik kepentingan di antara dua kekuatan ekonomi dunia, China dan Amerika Serikat, di wilayah itu.

Lebih sibuk pada urusan dalam negeri bisa berarti negatif pada era globalisasi ini. Di sisi lain, hal ini menjadi positif seandainya kesempatan ini digunakan untuk membangun infrastruktur, membuka akses ke daerah produksi, memperpendek jalur pemasaran, dan mempersiapkan pelaku ekonomi kecil dan menengah menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan lebih baik dan percaya diri.

Sambil mengupayakan itu, Indonesia perlu menjaga tetap berperan aktif di ASEAN untuk mempertahankan stabilitas kawasan, termasuk dalam isu Laut China Selatan. ASEAN dan Indonesia tetap saling membutuhkan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Agustus 2017, di halaman 6 dengan judul "Menjaga Peran Aktif di ASEAN".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger