Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 31 Oktober 2017

Penutupan Pelintasan KA//Protes Melulu//Petugas Tak Peduli (Surat Pembaca Kompas)

Penutupan Pelintasan KA

Saat ini sedang ada uji coba penutupan pelintasan sebidang kereta api di Jalan Angkasa Raya menuju Jalan Gunung Sahari, jalur utama yang menghubungkan Jalan Benyamin Suaeb di kompleks PRJ/Jakarta International Expo Kemayoran dengan wilayah Jakarta Pusat. Di situ ada tiga jalur sebidang dengan pelintasan KA dan dua jalur lintas bawah (underpass). Di Jalan Garuda dan Jalan Industri masing-masing hanya dua jalur.

Tanpa uji coba pun, seharusnya pihak berwenang dapat "menghitung" apa yang terjadi jika dari 5 jalur dikurangi menjadi 3 jalur. Selain tinggal 2 jalur sisa (underpass), terjadi sumbatan di ujungunderpass karena ada lampu lalu lintas yang berebut dengan jalur Gunung Sahari.

Akibatnya, terjadi kemacetan parah di Jl Angkasa, ujungnya sampai Jl Benyamin Suaeb (sepanjang 1,5 km), karena dari 5 jalur masuk dimampatkan menjadi 2 jalur. Imbas kemacetan parah juga terjadi di Jl Industri, Jl Garuda, dan bahkan sampai Jl Tanah Tinggi yang menuju Jl Jenderal Suprapto. Kemacetan tak hanya terjadi pada jam sibuk, tetapi hampir sepanjang hari dan malam.

Pihak berwenang bisa menguji silang PT Transjakarta, khususnya Koridor 12 yang melewati jalur ini. Di sepanjang lokasi bisa terjebak 3-4 bus transjakarta "menunggu giliran" untuk bisa menembus jalur ini. Penumpang di halte-halte selanjutnya ikut terkena dampak.

Ironisnya, ada saat tertentu dan waktunya cukup lama, tidak ada kereta api yang melintas. Tidak usah menunggu uji coba selesai, segera hentikan uji coba itu.

Pemikiran lain yang perlu dikaji pihak terkait adalah seberapa efektif penutupan di Jl Angkasa jika dua pelintasan sebidang—sebelum dan sesudahnya—tetap beroperasi (Jl Garuda dan Jl Industri masing-masing berjarak 500 meter dan 950 meter dari pelintasan ini).

Mohon pihak terkait bijak mengkaji manfaat penutupan dibanding kerugian akibat kemacetan berskala masif itu.

EJ Djajapranata, Sunter, Jakarta Utara

Protes Melulu

Dulu, saat pemerintah membuat Taman Mini Indonesia Indah diprotes. Katanya tidak bermanfaat untuk masyarakat, apalagi untuk rakyat kecil. Ternyata sekarang masyarakat dari luar kota, dari luar pulau, jika datang ke Jakarta mampir ke TMII.

Dulu, pemerintah membuat siaran televisi hitam putih menjadi siaran untuk televisi berwarna diprotes, katanya tidak berguna buat rakyat kecil. Sekarang, semua menonton televisi berwarna.

Sekarang pemerintah membuat reklamasi laut, diprotes. Padahal, luasnya cuma sekitar 0,0001 persen dari luas laut. Sekarang pemerintah membuat kereta cepat Jakarta-Bandung, diprotes.

Dari dulu sampai sekarang, apa-apa diprotes. Kenyataannya kemudian?

Babeh Husein, Gang Siaga, Angke Tambora, Jakarta Barat

Petugas Tak Peduli

Senin, 23 Oktober 2017, pukul 16.30, saya sekeluarga naik pesawat Silk Air dari Singapura menuju Surabaya. Saya membawa putri saya yang baru berusia dua tahun pada September lalu.

Putri saya dalam keadaan sakit. Ia batuk pilek sehingga tidak mau lepas dari saya. Sekitar 35 menit sebelum mendarat, putri saya tertidur di pangkuan saya. Saya mengenakan sabuk pengaman meski posisi duduk saya di antara kursi saya dan putri saya.

Saya sudah beberapa kali meminta infant seatbelt kepada awak kabin Silk Air agar bisa memangku putri saya, tetapi menurut awak kabin tidak ada.

Menjelang pesawat mendarat, datang awak kabin bernama Iqbal menegur saya sambil melotot dan menunjuk-nunjuk. "Ibu harus duduk di kursi ibu. Anak ibu harus duduk sendiri, tidak boleh dipangku."

Saya jelaskan putri saya sedang sakit. Ia akan terbangun dan rewel jika saya ubah posisinya. Namun, Iqbal tak peduli. Akhirnya saya lepaskan putri saya dari pangkuan. Putri saya langsung terbangun dan menangis histeris sampai saat mendarat walau sudah kembali dipangku.

Saat penerbangan SurabayaSingapura, 17 oktober 2017, dengan Singapore Airlines, saya juga memangku putri saya sambil meminumkan susu menjelang mendarat. Para awak kabin justru membantu mengatur posisi duduk kami agar semua bisa mengenakan sabuk pengaman.

Ketika saya naik penerbangan domestik dari Balikpapan ke Surabaya, para awak kabin menyediakan infant seatbelt di kantong kursi saya.

Angeline Widjaja, Jl Poliklinik, Balikpapan

Kompas, 31 Oktober 2017

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger