Lamanya keseluruhan proses upacara kremasi adalah lima hari, ditutup dengan penempatan abu Raja Bhumibol di sebuah wihara di Bangkok, Minggu (29/10). Persiapan upacara kremasi menelan biaya tak sedikit, yaitu 3 miliar baht atau sekitar Rp 1,2 triliun.

Thailand menetapkan masa berkabung setahun setelah raja yang berkuasa sejak 1946 itu mangkat pada 13 Oktober 2016. Dalam periode itu, pegawai pemerintah mengenakan pakaian hitam sebagai tanda berduka. Kremasi agung di lapangan dekat Istana Kerajaan tersebut tak ubahnya menandai akhir dari masa berkabung satu tahun.

Ratusan karya seni, antara lain berupa patung sapi serta mural indah, dibuat selama satu tahun terakhir untuk menemani sang raja saat dikremasi. Sebuah mural menggambarkan proyek pertanian yang digagas Bhumibol.

Beratus-ratus seniman, dilaporkan media CNN, terlibat dalam kerja kolosal ini. Ada seniman setiap hari selama satu tahun belakangan melakukan perjalanan beberapa jam dari tempat tinggalnya menuju lapangan kremasi untuk bekerja. Ada pula pekerja seni menginap di sekitar studio agar dapat merampungkan karya patung dengan baik.

Warga berlomba-lomba membantu seniman. Ada yang membersihkan peralatan, ada yang menawarkan makanan. Apa yang disampaikan pematung Chatmongkol Insawan mewakili spirit seniman dan warga. "Ketika sedang bekerja, kami selalu memikirkan Sri Baginda," ungkapnya.

Bhumibol memang spesial. Ia naik takhta saat monarki Thailand berada dalam tekanan besar. Hingga 1932, monarki Thailand absolut. Lalu, sekelompok kaum muda "memberontak", meminta penerapan monarki konstitusional yang kemudian dipenuhi Raja Prajadhipok. Undur diri pada 1935, Prajadhipok digantikan Ananda Mahidol, kakak Bhumibol. Ananda lantas ditemukan tewas dengan luka tembak pada 1946 dan digantikan oleh Bhumibol.

Aktif menemui masyarakat bawah, Bhumibol juga dikenang mendalam karena mendamaikan dua kubu yang bertikai dalam krisis yang menewaskan para demonstran pada 1992. Mengalami tekanan dari pendukung komunisme pada 1970-an serta menyaksikan kudeta militer 2014 yang mengakhiri pemerintahan sipil PM Yingluck Shinawatra, Bhumibol menutup perjalanan hidup dengan cemerlang: membuat monarki Thailand kembali dihormati, dicintai, sekaligus disegani.