Salut kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan Kementerian Kesehatan yang telah mengingatkan para perokok dengan tulisan "merokok membunuhmu". Juga salut atas ditariknya beberapa obat yang dianggap mengandung zat adiktif yang bisa disalahgunakan.

Sekarang ini cukup banyak orang yang harus menjalani hemodialisis atau cuci darah. Untuk jelasnya, sila minta data kepada BPJS dan rumah sakit tentang berapa banyak orang yang harus cuci darah.

Orang harus cuci darah apabila fungsi ginjal tidak baik dan biasanya hasil laboratoriumnya menunjukkan kreatinin pada nilai sekitar 6. Bahkan, banyak orang yang masih produktif atau orang muda dengan kreatinin naik karena infeksi ginjal.

Adanya batu ginjal juga karena banyak memakan obat yang merusak fungsi ginjal, seperti sering makan obat rematik, obat analgesik, atau antipiretik, seperti parasetamol dan lain-lain. Banyak orang merasa pusing sedikit, pegal sedikit, lalu minum parasetamol. Sering dan jangka panjang makan obat dapat merusak fungsi ginjal.

Saya kira sudah waktunya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan melindungi warganya dengan membatasi pemakaian obat yang merusak fungsi ginjal tersebut. Misalnya, dengan tulisan: "Batasi Penggunaan Obat Ini karena Bisa Merusak Fungsi Ginjal", terutama obat-obat yang telah disebutkan di atas.

dr F Pudiyanto Suradibroto, Mandolin 12, Jakarta Selatan

 

Kepalang Jujur

Sungguh membuat hati rakyat sedikit terhibur. Di tengah begitu banyak pejabat yang terlibat kasus korupsi, masih ada 14 (empat belas) orang jujur yang memperjuangkan nasib rakyat di Gedung Penyu alias kantor DPR, Senayan, Jakarta.

Nama ke-14 orang tersebut dibicarakan sebagai orang yang juga menerima fee dari kasus KTP-el. Namun, sebelum dipanggil penyidik KPK, mungkin atas kesadaran sendiri, atau desakan beberapa pihak, mereka mengembalikan uang korupsi tersebut ke negara/KPK. Ini suatu langkah positif. Ada kesadaran bahwa perbuatan mereka salah dan hina. Masih jauh lebih bagus daripada yang mengingkari dan tidak mau mengaku.

Mungkin ada permintaan dari mereka, yang 14 orang ini, agar pengembalian uang tersebut tidak usah dipublikasikan. Namun, karena hal demikian suatu hal yang positif, tidak ada salahnya nama-nama mereka diumumkan dan diviralkan. Agar menjadi contoh yang tidak perlu ditiru oleh kita semua.

Ingat kata Bung Hatta, "Jika kita merdeka, semua rakyat Indonesia akan hidup sejahtera, syaratnya, kekayaan negara tidak menumpuk pada sekelompok orang." Indonesia sudah sejahtera, tetapi hanya segelintir orang yang merasakan. Masih jutaan yang hidup memprihatinkan.

Mari!

Pandu Syaiful, Pekanbaru

 

Pembetonan Jalan Tidak Tuntas

Program pembetonan (betonisasi) jalan di lingkungan perumahan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, patut kita apresiasi.

Saya yakin salah satu tujuan yang hendak dicapai dengan program tersebut juga untuk meningkatkan elektabilitas Rahmat Effendi yang kini menjabat wali kota. Dia akan bertarung kembali dalam Pemilihan Wali Kota Bekasi 2018.

Hanya sayang, mungkin karena program pembetonan dilaksanakan serempak di sejumlah titik, aspek pengawasannya cenderung luput dari perhatian. Hal itu terbukti adanya pelaksanaan proyek yang tidak sempurna. Alih-alih mengundang simpati, kondisi tersebut justru mengganggu aktivitas sehari-hari warga.

Contoh konkret ketidaktuntasan ini adalah pelaksanaan pembetonan di jalan lingkungan Perumahan Sinar Kasih, Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan Pondokgede, yang hingga kini belum juga selesai. Jalan Agape, salah satu jalan di perumahan tersebut, ternyata tidak seluruhnya dibeton. Hal ini tentu saja merepotkan dan menjadi pembicaraan negatif warga.

Kami tidak tahu apakah hal ini akibat kecerobohan pelaksana proyek atau masalah ketersediaan anggaran.

Belum tuntasnya pembetonan Jalan Agape tentu bisa berkonsekuensi pada kurangnya dukungan warga bagi Rachmat Effendi untuk kembali menjadi Wali Kota Bekasi.