Penahanan itu mengindikasikan, penyelidikan terkait kolusi antara Rusia dan tim kampanye Trump semakin jauh memasuki "lingkaran dalam".

Penyelidikan yang dipimpin oleh mantan Direktur FBI Robert Mueller itu mengonfirmasi sejumlah dugaan yang sejak jauh hari muncul di media massa utama AS tentang "kekotoran" tim kampanye Trump yang menggunakan segala cara untuk mengalahkan kandidat Hillary Clinton dalam pemilu lalu. Yang utama adalah peretasan terhadap ribuan surat elektronik dari komputer Partai Demokrat dan komputer Hillary Clinton. Komunitas intelijen AS meyakini, peretasan dilakukan oleh intelijen Rusia.

Selain membuktikan apakah terjadi kolaborasi antara tim kampanye Trump dan Rusia, pembuktian berikutnya adalah apakah Trump terlibat. Sedikit demi sedikit bukti kuat sudah mengarah ke sana. Yang pasti, sejumlah orang dekat Trump sudah dicopot akibat terkait kasus ini, seperti penasihat keamanan Michael Flynn yang diam-diam menjalin komunikasi rahasia dengan Rusia dan berbohong mengenai hal itu kepada Wakil Presiden AS Mike Pence.

Tersangka lain adalah George Papadopoulos, penasihat masalah luar negeri dalam tim kampanye Trump. Gedung Putih berupaya mengecilkan peran Papadopoulos dengan mengatakan "George who?" dan mengklaim ia hanya sukarelawan. Namun, media massa AS yang muak dengan berbagai kebohongan yang muncul dari Gedung Putih ramai-ramai menyodorkan bukti bagaimana Papadopoulos menjadi salah satu tokoh sentral dalam tim Trump.

Kekuatan media sosial melalui pemberitaan informasi bohong (hoaks) juga menjadi bagian dalam penyelidikan karena di belakangnya terdapat pihak Rusia dan Wikileaks. Jika kita menengok ke masa kampanye pemilu AS tahun lalu, bisa terlihat gelombang informasi bohong berhasil memengaruhi persepsi masyarakat terhadap Hillary Clinton. Menurut rencana, pekan ini, penyelenggara Facebook, Google, dan Twitter akan bertemu dengan Kongres AS untuk membicarakan hal itu.

Penyelidikan ini menunjukkan, hukum bisa ditegakkan tanpa pandang bulu meski itu mengancam posisi seorang presiden. Di sisi lain, kita juga melihat betapa rapuhnya integritas moral yang melingkupi Gedung Putih.