Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 21 Desember 2017

SURAT KEPADA REDAKSI: Olahragawan dan Masa Depan//Kartu Tol-el Bikin Susah di Merak//Ciputat-Lebak Bulus dan Jalan Layang//Kartu Kredit Dibobol (Kompas)

Olahragawan dan Masa Depan

Berita mengenai pecatur Grand Master Ardiansyah yang wafat terlunta-lunta segera dilupakan. Kelak, tiba-tiba, bisa jadi berita serupa terulang lagi. Entah tokoh olahraga yang mana lagi. Padahal, saat jaya-jaya mereka, hadiah-hadiah berhamburan membanjiri mereka.

Andaikata sedikit bijak, pada saat uang berlimpah, mereka bisa menitipkan sebagian uang mereka kepada perusahaan yang mengelola pensiun dan kelak, lewat usia 50 tahun, mereka mendapat uang pensiun selama hidupnya.

Uang itu tidak hilang sekalipun sebelum masa perjanjian yang bersangkutan wafat; ahli warisnya bisa menerima penggantian. Pada saat ini banyak lembaga keuangan yang mengelola dana pensiun. DPLK, misalnya, yang dengan senang hati bersedia mengelola sebagian hadiah-hadiah itu untuk hari tua mereka.

Tidak sulit sesungguhnya, hanya perlu peraturan dari pemerintah agar kewajiban sebagian perolehan donasi atlet diasuransikan.

SADHONO HADI, Koordinator Kelompok Diskusi Reboan JVR Jogja

Kartu Tol-el Bikin Susah di Merak

Sekitar 28-29 November lalu keluarga saya dari Sumatera berangkat ke Jawa dengan mobil pribadi. Di pintu gerbang tol Merak, ayah saya bersama pengendara lain lupa, jika melewati tol, harus menggunakan kartu pembayaran berbasis elektronik.

Di pintu gerbang tol itu ayah saya harus memundurkan mobilnya. Petugas di pintu menjawab ketus, "(Kartu) habis, Pak. Cari saja ke bank!"

Ayah saya beserta pengendara lain, yang notabene dari Sumatera, langsung menuju Serang mencari bank dan minimarket yang mengeluarkan kartu tol-el. Namun, sayang, lagi-lagi ayah saya dan beberapa pengendara lain dibuat kecewa. Sejumlah bank, bahkan Indomaret pun tidak lagi memiliki stok kartu tol-el.

Mengingat ayah saya berangkat pada long weekend, saat semacam itu seharusnya pemerintah beserta pihak terkait lebih mempersiapkan persediaan kartu tol-el. Terlebih sebentar lagi kita akan memasuki libur Natal dan Tahun Baru.

Perlu diingat, Pelabuhan Merak merupakan salah satu gerbang utama penghubung Sumatera dan Jawa. Seharusnya ketersediaan kartu tol-el mutlak di kawasan ini.

EMIRIA ANDHANI, Jalan KGS H Badarudin, Bengkulu

Ciputat-Lebak Bulus dan Jalan Layang

Dari Lebak Bulus sampai Ciputat adalah kawasan supermacet, terutama sore hari. Pada pagi hari, kemacetan di sana bisa diatasi sebab ada petugas dishub dan kepolisian di sana. Sudah saatnya dibangun jalan layang di sana untuk mengatasi kemacetan yang bertahun-tahun itu.

SARAH ANGGITA, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Kartu Kredit Dibobol

Saya pemegang kartu kredit BCA dengan nomor kartu 4726.47xx.xxxx.7117. Sudah hampir delapan tahun saya memakai kartu kredit ini tanpa masalah.

Tanggal 7 September 2017, saya melihat ada transaksi pada 24 Agustus 2017 hingga 15 kali di kartu BCA dengan konfirmasi berhasil. Padahal, transaksi tidak pernah saya lakukan karena saya tidak bertransaksi online pada Agustus 2017.

Saya langsung menghubungi BCA Call Center, dijawab oleh Sdr Wisnu. Laporan diproses dengan nomor 21184691812665, maksimal 14 hari kerja. Dia meminta saya mengirimkan surat pernyataan tidak transaksi, fotokopi KTP, dan kartu kredit ke email halobca@bca.co.id.

Tidak lama kemudian saya menerima e-mail dari Sdr Imam @bca.co.id yang melampirkan surat pernyataan tidak transaksi atas nama saya dan daftar transaksi (semuanya transaksi online shopping) sebanyak 15 kali pada tanggal yang sama pada "Malay AI KL" yang tidak pernah saya lakukan. Nilainya Rp 68.600 ada 12 kali dan Rp 2.665.900 ada 3 kali sehingga total Rp 8.820.898.

Oktober 2017, saya menerima surat dari BCA bahwa saya harus mengakui 15 transaksi itu. Saya kembali menghubungi BCA Call Center, dijawab Sdr Nathan. Diproses nomor 2116734171 maksimal 14 hari kerja.

Pada 7 Desember 2017, saya menerima surat dari BCA dengan isi sama: lampiran 15 fotokopi transaksi elektronik bahwa saya harus mengakui 15 transaksi tersebut dan membayar ongkos fotokopi transaksi.

Yang jadi pertanyaan saya, kenapa kartu kredit yang tidak hilang bisa disalahgunakan orang tak dikenal? Bukankah sewaktu konfirmasi pembayaran selalu memerlukan otorisasi berupa kode yang dikirim ke telepon seluler pemegang kartu kredit?

SURJA WIDJAJA, Jalan Pejagalan, Pekojan, Jakarta Barat

Kompas, 21 Desember 2017

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger