Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 14 Desember 2017

Surat Pembaca: Kiat Pemerataan Mutu//Setor Bermasalah (Kompas)

Kiat Pemerataan Mutu

Pemerataan mutu perguruan tinggi didorong dengan berbagi kiat (Kompas, 21/11). Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Ali Ghufron Mukti antara lain menyebutkan program magang.

Dosen-dosen dari perguruan tinggi (PT) binaan magang di PT pembina 1–3 bulan. Sebaliknya, guru-guru besar dari PT pembina juga dikirim ke PT binaan untuk menjadi pembimbing dosen dan menjadi dosen tamu di PT binaan.

Awal dasawarsa 1990-an, program semacam itu disebut KPK (kegiatan pengumpulan kredit) sudah ada. Program S-2 (magister) Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana dibina oleh Program Pascasarjana (PPs) IPB melalui skema KPK. Guru-guru besar IPB "kelas berat", seperti Prof Dr Sayogya, Prof Dr Sediono M Tjondronegoro, menjadi dosen tamu di PPs Studi Pembangunan UKSW.

Ada seri pertemuan antara unsur pimpinan PPs Studi Pembangunan UKSW dan pimpinan PPs Studi Pembangunan IPB. Program berjalan 3 tahun sampai IPB menyatakan PPs-SP UKSW mandiri dan bisa dilepas dari IPB.

Pada hemat saya, skema KPK jadul itu lebih baik daripada cara "monev" (monitoring and evaluation) Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Jadi, tak ada salahnya kalau skema KPK dihidupkan lagi meskipun terbatas pada program pascasarjana. Kalau sumber daya manusia dan dana terbatas, KPK untuk program S-3 dulu saja.

Di Universitas Nottingham (UK) dulu ada penyediaan seri buku panduan praktis yang disebut "Rediguide". Buku-buku "Rediguide" itu ringkas-bernas, ditulis guru-guru besar yang sudah berpengalaman, acuan yang masih yunior. Pada hemat saya, baik sekali kalau Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memprakarsai "proyek" penulisan seri panduan semacam "Rediguide" itu di PT-PT pembina.

Siasat pemerataan mutu PT dalam berita di Kompas disebut "berbagi kiat". Kiat adalah panduan praktis, yang dibuat senior berdasarkan pengalaman dan keahliannya. Kiat juga dipakai dalam litbang teknologi untuk "memoles" dan memberi sentuhan akhir pada purwarupa (prototype).

Namun, belajar dari kasus Challenger, kiat tidak boleh diterapkan di luar batas-batas ranah kesahihannya. Ketika saran menunda peluncuran sampai awal musim semi—karena bahan elastik menjadi rapuh pada suhu rendah—tidak diindahkan, meledaklah pesawat ulang alik Chalenger.

Maka, saran saya, dalam menerapkan kiat pemerataan mutu PT, mulailah dari skala kecil, terapkan prinsip "keekonomian skala", dan hindari "ledakan" anggaran.

L Wilardjo Jalan Kasuari, Salatiga, Jawa Tengah

Setor Bermasalah

Hari Jumat, 15 September 2017, anak dan istri saya menabung melalui mesin setor tunai di area Bank Mandiri Cabang Kota Magelang sebesar Rp 7.250.000.

Namun, setoran tunai hanya diterima Rp 2.850.000, seperti tertulis di resi yang dikeluarkan mesin setor tunai Mandiri.

Sisa uang yang belum diterima mesin, Rp 4.400.000, dimasukkan kembali oleh anak saya dan mengulang prosedur setor tunai dari awal. Ternyata resi tidak muncul, sementara uang juga tidak keluar. Semua tertelan berikut kartu ATM. Di layar muncul tulisan mesin error alias tidak dapat digunakan.

Anak saya langsung melapor ke layanan pelanggan (CS) Bank Mandiri Cabang Kota Magelang, dengan Sdr Rifa R. Anak saya mendapat surat laporan pengaduan beserta kartu ATM baru.

Setelah 15 hari kerja, anak saya datang kembali. Setoran pertama yang ada resinya (Rp 2.850.000) telah dikreditkan kembali ke rekening. Namun, sisa uang tunai Rp 4.400.000 yang tertelan mesin tanpa resi tak dikembalikan.

Anak saya melapor lagi ke CS, dengan Sdr Himawan Harjito. Jawabannya, sedang diproses di PT Bank Mandiri Tbk Pusat di Jakarta. Anak saya harus menunggu lagi 15 hari kerja.

Ternyata, setelah menunggu selama 15 hari kerja, tetap tidak ada jawaban pasti. Alasannya, laporan pengaduan ditolak karena tidak ada bukti resi.

Sebagai orangtua, kami meminta kejelasan ke Bank Mandiri, bertemu Sdr Himawan Harjito beserta Manajer Operasional Vendi Cahya Nugraha. Mereka lagi-lagi menolak laporan pengaduan.

Kami sebagai orangtua tidak puas karena hampir dua bulan tidak ada penyelesaian. Sampai saya menulis surat ini, kami sudah menanti hampir tiga bulan.

BAMBANG PRIYAMBODO

Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah,Kota Magelang, Jawa Tengah

Kompas, 14 Desember 2017

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger