Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 09 Februari 2018

Surat Kepada Redaksi: Tragedi Asmat//Tanggapan Bea dan Cukai//Jeruk Mandarin (Kompas)


Tragedi Asmat

Mengikuti berita bersambung tragedi gizi buruk yang menimpa saudara-saudara kita di Agat, Asmat, Papua, saya sangat prihatin dan sedih karena belasan tahun saya bekerja di sektor minyak dan gas di kawasan "Kepala Burung", 65 kilometer di selatan Sorong.

Di kawasan ini perusahaan minyak asing pada 1972 berhasil menemukan banyak lapangan migas: lapangan Walio, Kasim, Jaya, Cenderawasih, Moi, Kasim Utara, Kasim Barat, Klalin, Klaifi, Klagagi, Klagana, Matoa, dan lapangan kecil lain. Artinya, kawasan ini telah memberi kontribusi ekonomi kepada daerah dan negara.

Rasanya aneh, ada tragedi gizi buruk di Asmat yang memilukan kita. Saya merasa sedih dan merasa bersalah kepada teman-teman kerja saya putra-putra Papua yang baik dan rajin. Melalui surat ini, saya ingin menyampaikan rasa simpati dan permohonan maaf kepada para sahabat: Jeremias, Other Ohorella, Momot Mayor, Jacob Rumbiak, Ricky Jasman, Other Krey, Jehuda Jitmau, Moses, Wenan Naa, dan lainnya.

Saya juga sedih ada mahasiswa yang marah karena kondisi ini sehingga dia tega memberi "kartu kuning" kepada pemimpin negara. Sangat boleh jadi mahasiswa ini tidak tahu letaknya daerah Asmat dan apa keistimewaan kerajinan ukir kayu di sana.

Saya pun membuka-buka arsip lama dan menemukan artikel Kompas, 21 April 2011: Mgr Aloysius Murwito OFM, "Menjadi Papua Lewat Asmat", dalam rubrik Sosok. Ternyata beliau sudah lebih dari 40 tahun di Papua. Beliau mencurahkan pikiran, tenaga, kasih, dan perhatiannya untuk saudara-saudara kita di Asmat dan lainnya. Beliau ini contoh sepi ing pamrih, rame in gawe, nasihat leluhur Jawa, bukan main protes dan semprit.

Semoga semua pihak lebih peduli kepada sesama saudara kita di mana pun di wilayah Indonesia.

Sugeng Hartono
Pensiunan Petroleum Geologist, Tinggal di Bona Indah, ‎Lebak Bulus, Jakarta Selatan


Tanggapan 
Bea dan Cukai

Menanggapi surat pembaca Saudara Daniel Thie di Kompas (22/1), "Tertahan Lama Di Bea dan Cukai", kami berterima kasih atas masukan dan pendapat mengenai tugas dan fungsi Bea dan Cukai terkait pemeriksaan barang kiriman.

Atas paket kiriman di Kantor Pos Besar Juanda, Sidoarjo, dengan penerima Daniel Thie nomor RG634271542CN, diperoleh informasi bahwa dokumen impor telah diterima petugas Bea dan Cukai pada 9 November 2017 untuk diproses kepabeanannya. Pada kesempatan sama, petugas Bea dan Cukai menyelesaikan kepabeanan ini dengan menyatakan status barang kiriman memperoleh persetujuan keluar dengan pembebasan bea masuk dan pajak (selesai pada hari yang sama). Barang keluar dari gudang pada 10 November 2017.

Setelah memperoleh persetujuan pengeluaran barang oleh petugas Bea dan Cukai, distribusi barang sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kantor Pos Besar Juanda. Jadi, Bea dan Cukai tak menahan paket barang kiriman yang dimaksud (proses di Bea dan Cukai selesai dalam sehari).

Demi transparansi, Bea dan Cukai menyediakan tracking system yang dapat diakses melalui tautan http://www.beacukai.go.id/barang kiriman.html.

Robert Leonard Marbun
Direktorat Kepabeanan Internasional dan
Antarlembaga Bea dan Cukai, Jakarta

Jeruk Mandarin

Biasanya menjelang tahun baru Imlek di pasar banyak dijual jeruk mandarin dari China. Tahun ini hampir tidak ada buah itu, yang ada jeruk dari Pakistan (jeruk kino). Kami mendengar pemerintah tak membuka keran impor untuk jeruk mandarin dari China.

Kami ingin dapat penjelasan dari dinas terkait mengapa pemerintah tak buka keran impor untuk jeruk mandarin tahun ini.

Gan Ho Ik, Karangtempel, Semarang


Kompas, 9 Februari 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger