"Que Sera, Sera"
Apa yang akan terjadi, terjadilah. Itulah arti "Que Sera Sera", penggalan dan judul lagu jadul yang dinyanyikan Doris Day. Demikianlah kecelakaan di terowongan perimeter selatan Bandara Soekarno-Hatta, bukan akan, tetapi telah, terjadi. Ibarat nasi sudah jadi bubur. Kita hanya dapat menyesali, memetik hikmah.
Konstruksi dinding beton "kolong" di bawah rel kereta api bandara itu bikinan manusia, dan berbuat salah adalah manusiawi (to err is human). Apa pun yang bisa salah akan salah (anything that could go wrong will), itulah kata hukum Murphy.
Teknologi tak ada yang kalis risiko. No technology is foolproof. Risiko dapat diperkecil dengan penelitian dalam perancangan dan pembangunan, termasuk teknologi konstruksi, tetapi risiko itu tak mungkin bisa dinolkan.
Ada kiat dalam perancangan (design), "Penelitian untuk menghasilkan rancangan yang baik dan aman dihentikan apabila biayanya sudah melebihi tanggungan biaya kompensasi atas potensi kerugian akibat kecelakaan itu".
Tetapi kiat (heuristic) adalah panduan kerja praktis, didasarkan pada akal sehat dan pengalaman nyata. Kiat tidak berbasis penelitian yang sistematis. Karena itu, kiat bisa salah, terutama kalau hasil penelitian perancangan diekstrapolasi melewati batas kesahihan penelitian.
Dengan mengatakan hal-hal ini, tidak ada maksud mempertanyakan langkah Kemenhub (dan Kementerian PUPR) menugasi Komite Kecelakaan Konstruksi untuk mengevaluasi kecelakaan di terowongan itu. Itu keputusan yang benar dan harus segera dilaksanakan. Begitu pula rencana DPR memanggil Kemenhub, Kementerian PUPR, PT KAI, dan kontraktornya. Jangan-jangan memang ada kecerobohan meski tentu saja tidak disengaja.
L Wilardjo
Kampung Klaseman, Salatiga, Jawa Tengah
Tanggapan Traveloka
Menanggapi Bapak Agus Setyono diKompas (5/2) berjudul "Lansia Ditolak Terbang", kami turut prihatin atas ketidaknyamanan yang Bapak alami.
Perlu kami sampaikan bahwa setiap maskapai memiliki peraturan dan kebijakan masing-masing. Traveloka sebagai layanan booking, menjembatani maskapai dengan pelanggan, akan membantu menyelesaikan keluhan yang disampaikan.
Kami telah membantu Bapak Agus untuk menghubungi dan mencari solusi terbaik dengan pihak maskapai.
Sebagai informasi tambahan, untuk penerbangan internasional disarankan pelanggan sudah memiliki tiket pulang sebelum check in di bandara.
Jika masih ada pertanyaan, sila hubungi kami di layanan 24 jam layanan pelanggan melalui surel cs@traveloka.com atau telepon 0804 1500 308.
Busyra Oryza
PR Manager Traveloka
Jalan Tol Desari
Pengerjaan proyek jalan tol Depok-Antasari, yang sering disingkat Desari, kini dikebut. Soalnya, rencana awal selesai 2010 dan nyatanya sampai saat ini tidak kunjung selesai.
Pembebasan tanah untuk jalan tol kelihatannya tidak lagi bermasalah, tetapi untuk jalan arteri terkesan dipaksakan. Saya simpulkan demikian karena tidak ada dukungan trotoar dan wilayah hijau di setiap perempatan dan tikungan.
Saya setiap hari lewat jalan itu. Saya tahu, Jalan Andara sisi kiri dari arah Green Andara menuju Jalan Manggis, khususnya tikungan ke arah Jalan Sungai, jalannya mengecil. Lebih parah, menjelang tikungan ada rumah warga yang menjulang tinggi dan belum dibebaskan. Akibatnya, jalan menikung dan menyempit, terkesan dipaksakan dan kumuh. Sayang sekali kalau dana yang keluar besar, tapi hasilnyahewes-hewes.
Jalan yang menyempit, tidak ada trotoar, mencerminkan kurangnya perencanaan. Bagaimana 5-10 tahun ke depan? Pasti terjadi kemacetan parah.
Seyogianya setiap menjelang tikungan ada tanah kosong untuk penghijauan, sekaligus cadangan pelebaran jalan apabila saatnya diperlukan.
Dimas Andreanto
Pondok Labu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar