Mahmoud Abbas bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi, Senin (12/2). Mereka mendiskusikan mekanisme baru dalam memediasi konflik antara Palestina dan Israel yang terus meruncing. Kepada Putin, Abbas menegaskan, Amerika Serikat (AS) tidak bisa lagi menjadi juru damai setelah memutuskan secara sepihak Jerusalem sebagai ibu kota Israel.

Sebelum bertemu Putin, Abbas menerima Perdana Menteri India Narendra Modi. Kepada Modi, Abbas mengatakan memerlukan dukungan New Delhi selama pembicaraan masa depan dengan Israel. India selama ini mendukung penyelesaian konflik Israel dan Palestina dengan solusi dua negara. India menolak keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.

Kepada Abbas, Putin menegaskan, situasinya jauh dari apa yang diinginkan. "Ini sangat penting bagi kami untuk mengetahui pandangan Anda untuk mencari pendekatan yang tepat bagi penyelesaian masalah ini," kata Putin kepada tamunya.

Kunjungan Abbas ke Rusia terjadi di tengah buruknya hubungan AS dan Rusia, seperti terlihat di Suriah. Dalam konflik di Suriah, Rusia mendukung dan menjadi sekutu utama Presiden Bashar al-Assad untuk mempertahankan kekuasaannya. Sebaliknya, AS menginginkan Assad lengser dari kursi kepresidenan sebagai bagian dari penyelesaian konflik di Suriah.

Di sisi lain, tak bisa dimungkiri Rusia punya hubungan cukup dekat dengan Israel. Pada akhir Januari lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga berkunjung ke Rusia dan terlibat pembicaraan dengan Putin. Selain itu, Palestina harus menyelesaikan persoalan dalam negeri terkait perbedaan antarfaksi, khususnya antara kelompok Fatah dan Hamas.

Belum lagi, beberapa hari lalu pesawat jet tempur Israel ditembak di Suriah. Pesawat itu diduga ditembak menggunakan senjata dari Rusia. Israel dan Rusia tidak membantah berita ini.

Duta Besar Palestina untuk Rusia Abdel Hafiz Nofal menegaskan, Palestina mencari juru damai yang tidak memihak dalam proses perdamaian Palestina-Israel. Palestina berharap segera memulai (perundingan) dan mewujudkan solusi dua negara. "AS tetap terlibat, tetapi tidak lagi memimpin proses perdamaian itu," ujarnya.

Dengan latar belakang Rusia seperti itu, apakah tepat Abbas berpaling dari AS? Adakah sasaran antara yang ingin dicapai, seperti memaksa AS membuka rencana besar penyelesaian damai menyeluruh yang dibuat AS bersama Arab Saudi? Atau apakah Abbas betul-betul mau memanfaatkan hubungan AS-Rusia terkait kawasan Timur Tengah yang berada pada titik rendah?