Tranformasi industri 4.0 adalah perubahan industri, baik dalam peningkatan produktivitas maupun kekuatan destruktif dalam mengubah industri konvensional.
Teknologi digital menjadi kekuatan penggerak utama (driving force) perkembangan ekonomi pada masa kini dan masa datang. Perekonomian dan masyarakat pada umumnya tidak dapat menghindar dari revolusi (perubahan cepat) teknologi digital ini yang menjangkau praktis semua aktivitas kehidupan kita.
Pemanfaatan teknologi digital (konversi berbagai proses dengan digitisasi, dengan bilangan biner satu dan nol) menjangkau berbagai aspek kehidupan dalam kita berkomunikasi, produksi, dan distribusi sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.
Telekomunikasi 4G (generasi keempat) yang telah luas kita pergunakan, dan segera akan bertransformasi ke 5G, IoT (Internet of Things) yang dimana berbagai media komunikasi terintegrasi dalam satu jaringan internet, dan pemanfaatan robotik dan AI (Artificial Intellegence) dalam proses industri menjadi semakin meluas. Apalagi jika nantinya komputer kuantum (proses dengan bilangan biner satu dan nol berlangsung sscara bersamaan) diaplikasikan maka revolusi industri akan berjalan lebih cepat lagi.
Bagi Indonesia, sekalipun ekonomi Indonesia masih dalam tahapan berkembang dengan pendapatan per kapita pada tingkatan menengah, tidak dapat terhindar dari revolusi digital ini. Bisa dilihat bagaimana masyarakat luas telah secara luas memanfaatkan komunikasi 4 G di telepon genggam mereka. Industri juga mulai menerapkan robotik dan AI, sekalipun masih dalam lingkup terbatas, kecenderungan ini akan terus berkembang. Perkembangan digitalisasi merupakan keniscayaan.
Kebijakan pemerintah
Sejak masa krisis 1998 praktis Indonesia tidak mempunyai kebijakan industri yang jelas. Road map yang dibuat berhenti pada deskripsi dan praktis tidak ada relevensinya dengan perkembangan ekonomi, khususnya perkembangan industri secara nyata. Kebijakan liberalisasi dan hambatan impor bolak-balik diterapkan sehingga membingungkan bagi para pelaku. Karena itu tidak heran jika pertumbuhan sektor manufaktur, yang merupakan 20% dari ekonomi, menjadi rendah, lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi. Bahkan banyak pihak terlalu dini menyatakan terjadinya deindustrualisasi.
Baru pada masa Kementerian Perindustrian dipimpin oleh Airlangga Hartarto kebijakan industri menjadi jelas dan kesiapan Indonesia dalam Transformasi Industri 4.0 secara sungguh-sungguh disiapkan dan bahkan mulai dijalankan. Pertumbuhan sektor industri manufaktur juga mulai memperlihatkan peningkatan.
Menyadari bahwa pertumbuhan industri harus ditingkatkan, kesempatan kerja diperluas di sektor industri, dan industri harus ditransformasikan sejalan dengan dorongan kekuatan yang mendasar (underlying force) teknologi digital, maka kebijakan industri 4.0 disusun dan mulai dijalankan.
Tentu saja tidak mudah menselaraskan antara mendorong pertumbuhan industri nasional dengan memfasilitasi investasi PMA yang lebih besar. Begitu pula tidak mudah menselaraskan antara perkembangan pemanfaatan teknologi digital yang berorientasi pada pasar domestik, terutama dalam sektor telekomunikasi, dengan kehendak peningkatan ekspor untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dan pembayaran. Lebih sulit lagi menyelaraskan pemanfaatan teknologi digital yang dikenal dengan pengurangan tenaga kerja dengan upaya memperluas kesempatan kerja.
Menyelaraskan industri nasional
Sebagai bangsa yang besar tentu kita menghendaki berkembangnya industri nasional. Namun kita juga harus realistis dalam perkembangan ekonomi dan teknologi yang semakin global, sekalipun ada upaya untuk menghambatnya termasuk dari pemimpin negara besar AS.
Pada kenyataannya, perkembangan industri semakin terkait melintasi batas negara dalam produksi, dalam pola rantai pasokan global (supply value chain) distribusi, apalagi dengan perkembangan e-commerce, dan pasar produknya.
Negara yang berhasil mengembangkan industri nasionalnya adalah yang dapat mensinergikan aspek-aspek tersebut menjadi sebesar-besarnya memberikan manfaat kepada rakyatnya. Tidak saja negara berkembang, seperti Indonesia, tetapi juga negara maju seperti AS, EU, dan Jepang menghadapi permasalahan ini dan berupaya mengatasinya.
Negara adidaya AS tampaknya dapat terjebak pada tindakan jangka pendek dengan kebijakan yang proteksionis dan menghambat imigrasi, padahal jadi sarana berdatangannya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi untuk mengembangkan teknologi tinggi (high tech).
Pemerintah mulai menyadari bahwa industri nasional harus dikembangkan, dimana kita mempunyai keunggulan, dengan memanfaatkan investasi asing, rantai pasokan global, dan alih teknologi dari luar, serta memperluas kesempatan kerja terutama untuk pekerja usia muda. Industri yang menjadi unggulan adalah makanan dan minuman, tekstil dan garmen, elektronika, dan kimia.
Industri makanan dan minuman pertumbuhannya tinggi dan dapat dikatakan kompetitif di pasar dalam negeri dan ekspor. Hanya beberapa kebijakan dan aturan, seperti perpajakan dan impor bahan antara,masih menghambat perkembangannya lebih lanjut. Begitu pula industri tekstil dan garmen.
Permasalahan yang mereka hadapi biasanya berkaitan dengan insentif pajak yang tidak diberikan pada perluasan investasi. Insentif hanya diberikan pada investasi baru. Padahal industri tersebut memperluas investasi untuk peningkatan teknologi, produktivitas dan inovasi produk yang penting bagi mempertahankan daya saing.
Industri elektronika jadi tertinggal karena kecenderungan investasi berpindah ke negara ASEAN lainnya ketika mereka berhasil meningkatkan teknologi dan inovasi produk dengan menyesuaikan dalam sistem rantai pasokan global. Upah minimum yang naik dengan cepat dan kurangnya insentif membuat mereka beralih ke lokasi di luar Indonesia.
Industri kimia juga mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Padahal Indonesia mempunyai basis dan potensi besar bagi perkembangan industri kimia. Industri kimia dalam bagian farmasi (obat-obatan) perkembangannya cukup baik. Apalagi dengan perluasan jaminan kesehatan, mendorong perkembangan industri kimia-farmasi lebih lanjut.
Kandungan lokal yang sering dipaksakan tanpa pertimbangan ekonomi yang memadai justru menghambat perkembangan industri. Dengan pengertian yang lebih fleksibel dan bersesuain dengan perkembangan rantai pasokan global maka upaya meningkatkan kandungan lokal dapat sejalan dengan perkembangan industri. Sumbangan perangkat lunak (software) juga diartikan sebagai kandungan lokal. Dengan demikian partisipasi pekerja muda dari generasi milenial yang sangat kreatif dalam mengikuti perkembangan perangkat lunak menjadi terakomidasi.
Begitu pula dengan mengakomodasikan rantai pasokan global, perusahaan besar terutama elektronika dan kimia akan memilih lokasi Indonesia dengan pasar domestik yang besar dan pasar yang terintegrasi, paling tidak secara regional (kawasan).
Dalam hal berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja, maka keterampilan (skills) dan pengetahuan (knowledge) menjadi unsur yang paling penting. Dengan besarnya pekerja usia muda maka penigkatan keterampilan dan pengetahuan mereka sangat penting.
Program link and match antara pendidikan dan industri direvitalisasi dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas dengan keterlibatan industri yang yang lebih besar. SMK dan politeknik menjadi sarana utamanya. Di setiap kawasan industri dikembangkan SMK dan suatu pola pelatihan yang terkait erat dengan perkembangan industri. Pelatihan juga dilakukan tidak saja di dalam tetapi juga di luar negeri bekerjasama dengan institusi negara lain yang program keterampilan telah berkembang baik. Sinergi antara kebijakan menteri perindustrian dan kementerian pendidikan menjadi penting.
Pada pengembangan pengetahuan yang sejalan dengan transformasi industri 4.0, maka kualitas pendidikan utamanya sains dan teknologi menjadi sangat penting di sekolah menengah dan perguruan tinggi. Kebijakan pemerintah membuka kerja sama dengan perguruan tinggi ternama dunia menjadi salah satu sarana yang efektif. Kerja sama penelitian dengan dunia industri dan kolaborasi internasional sangat penting dalam mengembangkan inovasi yang bernilai ekonomi tinggi. Di sini juga pentingya sinergi antara kebijakan kementerian perindustrian dan kementerian dikti dan penelitian.
Warisan era Jokowi berkelanjutan
Jika pada periode pertama dari pemerintahan Jokowi adalah pada menekankan pada pengembangan infrastruktur, yang bejalan dengan cepat, maka dalam masa periode kedua pemerintahan Jokowi transformasi industri 4.0 semestinya menjadi tema utama.
Transformasi industri 4.0 akan menjadi warisan bagi pemerintahan selanjutnya di pasca era Jokowi nantinya. Transformasi industri ini akan menentukan apakah Indonesia dapat merealisasikan potensi dan prospeknya sebagai negara maju di masa datang.
Transformasi industri ini akan menentukan apakah Indonesia dapat merealisasikan potensi dan prospeknya sebagai negara maju di masa datang.
Dalam transformasi industri 4.0 ini terkandung potensi besar bangsa yang dapat direalisasikan menjadi kenyataan. Skala ekonomi yang besar (potensi menjadi ekonomi 10 besar bahkan lima besar dunia), penduduk dengan usia yang muda (bonus demografi), akses lebih besar bagi rakyat banyak pada sumber keuangan dan pasar (e-finance dan e-commerce), serta pemerintahan dengan agenda dan kebijakan yang jelas dan berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar