Buku merupakan sarana bagi anak-anak menambah pengetahuan. Namun, beberapa kali tersiar kabar tentang peredaran buku yang tidak ramah anak. Misalnya, buku untuk anak yang berbau radikalisme dan buku anak dengan konten yang tidak sesuai dengan umur anak, termasuk konten seksual.
Anak-anak seperti kami cenderung meniru apa yang kami lihat, dengar, dan baca. Dengan beredarnya buku- buku yang tidak ramah anak, anak-anak akan meniru hal- hal negatif yang tertulis dalam buku.
Oleh karena itu, saya mengusulkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk membentuk suatu lembaga semacam Lembaga Sensor Film (LSF) khusus untuk buku anak-anak.
Lembaga ini bertugas menyeleksi buku-buku yang akan beredar dan menetapkan penggolongan usia pembaca bagi setiap buku. Tanda penggolongan umur ini dapat diletakkan di sampul buku dan harus terlihat jelas. Dengan demikian, setiap orangtua yang mau membelikan buku untuk anak-anaknya dapat melihat apakah buku tersebut sesuai dengan usia anak yang akan membaca.
Hal ini tentunya akan membantu orangtua dalam memilih bacaan untuk putra dan putrinya.
Gladys Devina
Serpong, Tangerang Selatan,
Banten
Penerangan Jalan
Jalan raya merupakan infrastruktur penunjang kebutuhan masyarakat. Salah satu bagian penting dari jalan adalah penerangan. Keamanan berkendara dapat terjaga apabila dibantu penerangan jalan yang baik.
Sayang, hal itu tampaknya kurang diterapkan di sepanjang Jalan Pendidikan hingga Jalan Permata di Kelurahan Curug, Gunung Sindur, Bogor. Tidak ada lampu jalan di kedua sisi jalanan. Pengendara hanya dapat mengandalkan penerangan dari rumah-rumah warga dan pertokoan di tepi jalan. Barangkali kalau mati listrik, jalanan menjadi sangat gelap gulita. Bisa mengurangi tingkat keamanan jalan tersebut.
Selain itu juga dibutuhkan garis kuning marka jalan di sepanjang jalan tersebut. Garis kuning marka digunakan untuk menandai tepi jalan. Hal tersebut menjadi penting sebab pada beberapa titik di Jalan Pendidikan hingga Jalan Permata terdapat saluran air di tepi jalan yang tertutup rerumputan sehingga tidak terlihat oleh pengendara. Selain itu, beberapa titik jalan juga memiliki perbedaan tinggi antara jalanan dan tepinya yang juga tertutupi rerumputan.
Beberapa kali ada mobil yang tersangkut di pinggir jalan. Barangkali mereka belum mengetahui medan yang dilalui sehingga terjebak saat kendaraannya terlalu ke tepi.
Jalan Pendidikan hingga Jalan Permata bukan merupakan jalan utama. Namun, alangkah baiknya apabila fasilitas jalanan itu juga diperhatikan pemerintah. Daerah tersebut cukup berpotensi untuk menjadi ramai ke depan karena jadi penghubung alternatif Bogor-Tangerang Selatan.
Maisy DL
Gunung Sindur, Bogor
JORR Semrawut
Saya pengguna aktif Tol Jakarta Outer Ring Road (TB Simatupang) karena rumah saya berada di Tanjung Barat. Menurut saya, Tol JORR kini mungkin paling semrawut dan macet di Ibu Kota.
Pertama, tak ada pembatasan jam lewat truk-truk besar. Karena truk berjalan lambat dan ada banyak tanjakan, timbullah kemacetan. Kedua, menurut saya cukup parah, perbaikan tol terus-menerus tanpa ada pengumuman dan memperhatikan dampaknya terhadap lalu lintas.
Saya mengerti, perbaikan jalan tol merupakan bagian dari peningkatan pelayanan. Namun, pada era sekarang, era distribusi informasi yang mudah, hal itu tak dilakukan. Akibatnya, pengguna jalan tol bisa "terjebak" di jalan tol hingga berjam-jam.
Sebenarnya saya sudah beberapa kali melapor kepada Jasa Marga melalui surat elektronik. Saya juga mencatat ada banyak sekali keluhan serupa di media sosial, seperti Waze, Instagram, dan Twitter, mengenai semrawutnya Tol JORR. Namun, sampai sekarang tidak ada tanggapan dari Jasa Marga.
Aristo Pangaribuan
Tanjung Barat,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar