Di antara negara pendiri Uni Eropa, gelombang populisme berhasil "ditahan" dalam pemilu sepanjang 2017, antara lain di Jerman, Perancis, dan Belanda. Namun, gelombang itu nyaris menyapu bersih pemilu Italia yang berlangsung 3 Maret lalu.
Partai anti-kemapanan, Gerakan 5 Bintang, menjadi partai pemenang pemilu dengan total suara 32 persen, hanya berselisih tipis dengan kubu Silvio Berlusconi yang terdiri atas tiga partai, yaitu Forza Italia (14 persen), partai Liga (18 persen), dan Persaudaraan Italia (4 persen), total memiliki suara 36 persen.
Kedua kubu ini memiliki kesamaan, yaitu anti-migran, skeptis terhadap mata uang euro, dan juga menolak integrasi lebih jauh Uni Eropa. Bahkan Partai Liga memiliki akar neofasis dan berhubungan erat dengan partai Marine Le Pen di Perancis.
Sementara partai arus utama, Partai Demokratik, yang berkuasa di Italia, hanya meraih 19 persen. Anjloknya popularitas partai-partai tradisional terlihat hampir di semua negara Eropa, tetapi di Italia perubahannya signifikan.
Hal ini diakibatkan oleh kondisi ekonomi Italia yang terus-menerus stagnan dengan angka pengangguran yang juga terus meningkat. Namun, kebijakan yang paling membuat rakyat berang adalah kehadiran lebih dari 600.000 migran ilegal di Italia sejak tahun 2015.
Italia dan Yunani merupakan batas terdepan Uni Eropa sehingga menjadi negara tujuan para migran yang menyeberang melalui Laut Mediterania. Kegagalan Uni Eropa menanamkan solidaritas di antara negara anggota dengan kesediaan menampung imigran sesuai kuota membuat Italia merasa ditinggalkan oleh blok ini.
Di dalam negeri, hasil pemilu ini akan membawa Italia ke dalam krisis politik berkepanjangan karena tidak ada satu kubu pun yang meraih mayoritas absolut. Namun, yang menjadi kunci pembentukan pemerintahan ke depan adalah partai 5 Bintang. Tawar-menawar yang terjadi antarpartai, yang masing-masing memiliki perbedaan aspirasi, kemungkinan bisa berlangsung sampai beberapa bulan.
Bagi Uni Eropa, hasil pemilu Italia akan mengerem rencana reformasi zona euro yang dimotori Jerman dan Perancis. Hasil ini juga akan semakin memperuncing perpecahan di kalangan internal UE, antara negara-negara bekas blok Uni Soviet yang dipelopori kubu Visegrad (Polandia, Hongaria, Ceko, Slowakia) dan didukung oleh Austria dan kini Italia, serta kubu Eropa barat, seperti Jerman, Perancis, Belanda, Spanyol, dan Belgia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar