Suatu hari pada bulan Mei 1798, Napoleon Bonaparte (1769-1821) pemimpin militer paling top di Perancis mendapatkan perintah dari oligarki yang memerintah Perancis revolusioner, untuk merancang misi ke Inggris. Akan tetapi, Napoleon—yang nantinya juga dikenal sebagai kaisar Perancis dengan sebutan Napoleoon I—bukanya melakukan misi militer ke Inggris melainkan ke Mesir.
Ketika itu, sebagai negara yang paling strategis di kawasan Mediterania, sebelum minyak menjadi kekuatan sekaligus senjata yang sangat hebat, Mesir menjadi kunci untuk masuk dan menguasai Jerusalem. Mesir juga merupakan wilayah yang dilintasi jalan darat menuju ke India, yang merupakan sumber kekayaan Inggris di zaman itu.
Inilah misi rahasia Perancis ke Timur, yang disebut sebagai Expédition d'Égypte, Ekspedisi ke Mesir. Dengan melakukan ekspedisi militer ke Mesir, Perancis hendak melumpuhkan Inggris tanpa harus melalui konflik senjata secara frontal. Ekspedisi ini juga memiliki tujuan untuk menjadikan Mesir sebagai perkebunan tebu dan untuk menggali terusan (yang nantinya disebut sebagai Terusan Suez).
Napoleon Bonaparte (1769-1821) dilahirkan pada tanggal 15 Agustus 1769 di Ajaccio, Pulau Corsica, Mediterania. Ia anak kedua dari delapan anak yang hidup Carlo Buonaparte (1750-1836), seorang pengacara, dan Letizia Romalino Buonaparte (1750-1836)
Jenderal Napoleon membawa 50.000 tentaranya meninggalkan kota pelabuhan Toulon, Perancis selatan berlayar menuju Aleksandria, Mesir. Iring-iringan 16 kapal, yang membawa pasukan ditambah 17 frigat, 30 brigs (kapal layar bertiang dua), dan hampir 250 korvet, kapal meriam, kapal khusus yang digunakan sebagai dapur ,dan kapal-kepal pedagang, meninggalkan Toulon membelah Laut Mediterania. Mesir merupakan langkah pertama untuk mewujudkan mimpi kekaisaran Pan-Asia.
Mesir merupakan langkah pertama untuk mewujudkan mimpi kekaisaran Pan-Asia.
"Sol Oriens"
Itulah serangan pertama di zaman modern oleh Barat ke kawasan yang disebut Timur Tengah. Dan, serangan itu membuktikan bahwa sejak Napoleon, kekuatan Barat mengakui arti pentingnya Timur Tengah dan terlibat di dalam kawasan itu. Meskipun, istilah "Timur Tengah" dan batasan tentang wilayah yang disebut "Timur Tengah" berubah-ubah, sesuai dengan zaman, dan kepentingan.
Di abad pertengahan, orang-orang Romawi menggunakan istilah "Oriens" yang diambil dari kata dalam bahasa Latin yakni sol oriens, yang berarti matahari terbit untuk mendefinisikan wilayah itu. Kata "Orient" pada umumnya digunakan Eropa untuk mengidentifikasi kawasan yang luas termasuk negara-negara yang menggunakan bahasa Arab, Turki, Iran, India, dan malahan China sampai abad kesembilan belas (Osman Nuri Özalp: 2011).
Dalam perkembangan waktu, banyak definisi berbeda-beda yang digunakan dalam bahasa Barat untuk menjelaskan wilayah tersebut. Misalnya di Jerman digunakan istilah Morgenland, Levante, Fruchtbarer Halbmond, Vorderasien, Vorderer Orient, Naher Osten, Mittlerer Osten; dalam bahasa Perancis disebut Proche Orient, Moyen Orien; dan dalam bahasa Inggris disebut Far East, Near East, Middle East.
Menurut Dietrich Krause (1993), penggunaan bahasa yang bermacam-macam dalam waktu yang berbeda-beda tersebut menyatakan bahwa pada dasarnya klasifikasi definisi secara sistematik dan jelas berkaitan dengan Timur Tengah adalah tidak mungkin. Sebab, bila melihatnya dari Eropa, maka Timur menjadi Dekat (Near), Middle (Tengah) atau Jauh (Far). Itulah sebabnya muncul istilah Near East, Middle East, atau Far East.
Istilah Near East, pertama kali, digunakan untuk menyebut wilayah Eropa bagian tenggara termasuk kawasan Balkan. Kawasan itu disebut East karena masih menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman, mengingat kawasan itu dekat karena menjadi Eropa Kristen, tetapi kawasan itu juga masih East karena tetap di bawah kedaulatan Kekaisaran Otoman Timur (Bernard Lewis: 1968).
Kata "east" diambil dari bahasa Sanskerta yakni kata usāāas yang berarti "fajar" atau "pagi." Dari perspektif Eropa dan Asia, hal ini masuk akal karena matahari terbit di timur. Sebaliknya, kata "west" diambil dari bahasa Sanskerta juga yakni avah yang berarti petang atau tenggelam.
Pertama kali digunakan pada tahun 1856, istilah Near East secara khusus dimaksudkan untuk "melawan" istilah Far East dan menunjuk pada kawasan di Asia yakni barat India. Kini, kawasan Near East sudah tidak tepat dan berkelindan dengan Middle East. Sebutan ini secara khusus menunjuk Asia barat-daya, terutama Turki, Lebanon, Suriah, Irak, Israel, Yordania, Arab Saudi, dan negara lain di Semenanjung Arabia.
Timur Tengah
Istilah Middle East mulai pertama digunakan pada abad ke-19 (1876) oleh Inggris, berbarengan istilah-istilah geografik Eropa-sentris lain seperti Near East (wilayah Mediterania bagian timur yang lebih dekat dengan Eropa) dan Far East (untuk menyebut China, Jepang, Korea, dan negara-negara Asia Timur lainnya yang jauh dari Eropa). Waktu itu, Middle East didefinisikan sebagai wilayah yang terhampar antara dua ekstrem ini: Semenanjung Arabia, Mesopotamia, dan Persia, serta kawasan Asia Tengah (Greta Scharnweber: 2015).
Sementara, Winston Leonard Spencer-Churchill (1874- 1965), perdana menteri Inggris mendefinisikan Middle East (Timur Tengah) adalah kawasan dari Bosporus hingga perbatasan India bagian barat. Pendapat Churchill itu disampaikan pada tahun 1921. Namun, dalam definisi baru India tidak masuk lagi.
Definisi lain menyatakan, yang disebut Middle East adalah wilayah antara Laut Hitam, Mediterania, Laut Merah, Teluk Arabia, dan Laut Kaspia (Necdet Tunçdilek: 1971). Ahli geografi Swiss, Boesch menggunakan istilah Mittlerer Osten untuk menyebut Middle East. Boesch mendefinisikan wilayah Middle East terbentang antara pantai Levant dan daerah pedalamannya, dataran Sungai Tigris dan Euphrat, wilayah Gurun Arabia Utara, dan Teluk Arabia (Eckart Ehlers: 1990).
Ada lagi yang mengartikan yang disebut Middle East adalah wilayah-wilayah di Timur Tengah yang dahulu ada di bawah kekuasan Kekaisaran Ottoman. Sebab, saat ini, Algeria, Tunisia, Libya, Lebanon, Mesir, Suriah, Palestina, Irak, dan Semanjung Arab serta tentu saja Turki, semuanya dahulu adalah wilayah kekuasaan Kekaisaran Ottoman. Ada pula yang memasukkan Pakistan sebagai bagian dari Middle East. Jadi wilayah Middle East membentang dari Maroko (batas barat) hingga Pakistan sebagai batas timur (Udo Steinbach: 1979).
Frase Middle East, mula-mula sebagai sinonim untuk "Mesopotamia", yang secara harafiah dalam bahasa Yunani kuno berarti "di antara sungai"; yakni Sungai Tigris dan Euphrat di wilayah yang sekarang bernama Irak. Dalam perjalanan waktu, wilayah tersebut lalu membentang dari Mesir dan Sudan di Afrika hingga Turki di utara hingga Iran. Tetapi, seringkali juga disebut Western Asia (Asia Barat). Bila kita melihat peta, sebutan Western Asia adalah masuk akal. Namun, batasan tersebut lama-lama melebar dan masuklah tiga negara Afrika utara yakni Tunisia, Algeria, dan Maroko (http://www.dictionary.com/e/east/).
Dengan demikian, Middle East (Timur Tengah) membentang dari Maroko hingga Semenanjung Arabia dan Iran, dan bahkan kadang-kadang lebih luas lagi.
Penggunaan istilah Middle East (Timur Tengah) dimulai sebelum PD II dan ditegaskan selama perang. Istilah Middle East diberikan pada komando militer Inggris (East Command) di Mesir, yang wilayahnya mulai dari Malta hinggga Iran dan Suriah; hingga Ethiopia (Roderic H Davison: 1963)
Pada pertengahan abad ke-20, wilayah atau negara yang secara umum disebut sebagai Middle East adalah Turki, Siprus, Suriah, Lebanon, Irak, Iran, Israel, Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Mesir, Sudan, Libya, dan berbagai negara dan wilayah yang sebenarnya Arab yakni Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Oman, Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat Arab (Encyclopedia Britannica).
Menjadi jelas bahwa struktur wilayah—dalam hal ini mencakup luasan wilayah dan arti penting kawasan itu) berubah-ubah selaras dengan perubahan struktural kuasa besar (great powers) secara global, terutama setelah PD II. Namun, dari waktu ke waktu—sejak zaman Napoleon Bonaparte hingga kini-kawasan yang disebut Middle East memiliki arti penting, baik dari ekonomi, politik, dan strategi serta geostrategi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar