Di sisi lain, milisi Houthi yang menganut Syiah juga diduga terus mendapat pasokan senjata dari Iran. Belum lagi kalau melihat kondisi geografis Yaman yang mempunyai banyak pegunungan, kian menyulitkan negara mana pun untuk bisa memenangi perang dengan segera.

Seorang komandan tentara Yaman, Mayor Jenderal Nasser Ali al-Daibany, menyatakan, kondisi geografis Yaman mirip Afghanistan. Di Afghanistan, Amerika Serikat (AS) menghabiskan waktu 16 tahun untuk berperang, tetapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan memenangi perang itu.

Arab Saudi terus-menerus membombardir Yaman dan sudah menewaskan ribuan warga. Namun, kehadiran milisi bersenjata Dewan Transisi Selatan (STC) yang didukung Uni Emirat Arab membuat kekompakan koalisi berkurang. STC belum lama ini menguasai ibu kota sementara Yaman, Aden, setelah terlibat pertempuran dengan kelompok yang dipimpin Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi yang didukung penuh Arab Saudi.

Amnesty International (AI), Jumat (23/3), menyatakan, pihaknya memiliki bukti terjadi aliran senjata yang tidak bertanggung jawab ke koalisi pimpinan Arab Saudi. "Itu membuat warga Yaman kian menderita," kata Lynn Maalouf, Direktur Penelitian untuk Timur Tengah pada AI. Lembaga ini juga menyatakan, Arab Saudi dan mitra koalisinya bisa dinyatakan bersalah atas kejahatan perang di Yaman (Kompas, 24/3/2018).

AI berusaha mendokumentasikan pelanggaran hukum internasional oleh semua pihak yang bertempur, termasuk milisi Houthi yang didukung Iran dan kelompok lain di negeri itu. Milisi Houthi juga melakukan penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, penculikan, penyiksaan, dan pelanggaran lain yang bisa masuk kategori kejahatan perang. Konflik di Yaman yang memasuki tahun ketiga telah menyebabkan ribuan orang tewas dan menderita penyakit kolera.

Awal pekan lalu, Senat AS menolak usulan agar AS mengakhiri bantuan senjata ke Arab Saudi. Suara menolak jauh lebih besar, 55-44, dibandingkan dengan suara yang setuju pengakhiran bantuan. Penolakan ini berarti pasokan senjata dari negara Barat ke Yaman akan terus mengalir.

Perang saudara di Yaman telah membuat jutaan warganya kehilangan tempat tinggal. Sebagian warga juga mengatakan takut kepada khamsin, badai pasir ganas yang biasa menyertai datangnya musim panas.

Upaya damai belum membuahkan hasil apa pun karena baik Iran maupun Arab Saudi yang mendukung masing-masing kelompok yang bertikai, tidak mau kehilangan pengaruh. Dalam konteks kawasan, Iran dan Arab Saudi berebut pengaruh untuk dapat mengontrol kawasan.