Apa yang terjadi belakangan ini—pengusiran diplomat Rusia dari AS, Inggris, dan sejumlah negara Eropa—menegaskan berulangnya sejarah tersebut. Di era Perang Dingin, yakni masa setelah PD II (ada yang menyebut bermula pada tahun 1941 tatkala Jerman menginvasi Rusia. Saat itu AS memberikan bantuan senjata kepada Rusia. Namun, setelah Jerman kalah, Stalin ingin menerapkan ideologi komunis di Polandia, Hongaria, Bulgaria, dan Romania. Saat itu, Inggris dan AS mencurigai Stalin) dan berakhir pada 1989 setelah Tembok Berlin runtuh dan rezim-rezim komunis di Eropa Timur ambruk. Bubarnya Uni Soviet, 1991, menegaskan berakhirnya Perang Dingin.

Perang Dingin dicirikan oleh perang dan persaingan antara AS dan Uni Soviet: AS tidak bisa menerima ideologi komunis Uni Soviet; sebaliknya Uni Soviet tidak bisa menerima dominasi AS di negara-negara Eropa. Terjadi pacuan senjata. Soviet menyebarluaskan komunisme, sementara AS menyebarkan kapitalisme. Terjadi persaingan membuat senjata nuklir.

Pendek kata, hawa Perang Dingin diselimuti saling curiga, saling tidak percaya, perang propaganda, dan juga saling memata-matai. Dunia intelijen pun berkembang pesat.

Dalam situasi dunia seperti itu, sangat biasa kalau kemudian—berangkat dari ketidakpercayaan dan saling curiga—terjadi pengusiran diplomat; baik dilakukan oleh AS terhadap diplomat AS dan negara-negara Barat maupun sebaliknya. Meskipun, diplomat di seluruh dunia menyandang kekebalan diplomatik. Artinya, mereka tidak bisa dihukum di negara di mana mereka ditempatkan.

Akan tetapi, berdasarkan Konvensi Vienna 1961, negara tempat diplomat ditempatkan bisa "kapan pun dan atas dasar apa pun" menyatakan seorang diplomat asingpersona non grata atau tak dikehendaki di wilayah mereka. Bentuk-bentuk pelanggaran yang dapat menyebabkan terjadinya pengusiran pejabat diplomatik pada dasarnya adalah kegiatan yang merugikan negara penerima, yang berhubungan dengan harkat martabat negara penerima, serta tindakan subversi dan intervensi.

Praktik pengusiran itu banyak terjadi di era Perang Dingin. Pada 24 Desember 1971, misalnya, Pemerintah Inggris mengusir 105 diplomat Uni Soviet dan delegasi perdagangan di Inggris. Bukan hal baru, karena itu, apabila Inggris mengusir sejumlah diplomat Rusia sebagai buntut dari tewasnya mantan intelijen Rusia di Inggris, yakni Sergei Skripal, dan putrinya Yulia Skripal. Karena Rusia dianggap bertanggung jawab. Tetapi, tentu, dibantah Moskwa.